Wisata Sejarah di PG Gondangbaru
[]
PG Gondangbaru terletak di Gondangwinangun, di jalan Yogya-Solo, beberapa kilometer di sebelah barat daya kota Klaten. Dahulu, PG ini bernama Gondang Winangoen Suiker Fabriek, sebuah pabrik gula peninggalan Hindia Belanda. Pabrik ini telah berdiri pada akhir abad ke-19, ketika pemerintah Hindia Belanda tengah gencar melaksanakan liberalisasi di Nusantara.
Setelah beroperasi sekitar satu abad, pada tahun 1982 kompleks pabrik ini juga dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Oleh karena itu, di kompleks ini kemudian terdapat museum, pabrik, homestay, kafe, gedung pertemuan, serta sebuah taman bermain. Pada pertengahan tahun 2010, dengan membayar karcis Rp. 4.000,00, pengunjung dapat menikmati kompleks museum juga pabrik gula. Sementara itu, untuk layanan lainnya pengunjung harus membayar tersendiri, misalnya untuk memotret.
Di museum, pengunjung dapat melihat berbagai peralatan yang digunakan oleh perkebunan tebu dan pabrik gula Gondang Baru, dan juga paparan tetang pabrik-pabrik gula lain di Jawa Tengah. Museum ini memang bernama Museum Gula Jawa Tengah. Tidak terpisahkan dari museum adalah perpustakaan, dengan koleksi buku-buku lama tentang perkebunan gula, juga penelitian-penelitian mutakhir seperti skripsi para mahasiswa.
Di ujung barat kompleks ini juga dibangun taman bermain, yang kelihatannya tidak begitu nyambung dengan tema gula atau tebu atau pabrik sekalipun. Tema gula dan tebu mestinya dapat dikembangkan untuk theme park semacam ini.
Fasilitas lain yang terlalu sayang untuk dilewatkan adalah Kafe Banaran. Fasilitas ini terletak di bagian depan, di dekat pintu masuk. Oleh karena itu, masyarakat juga dapat hanya berkunjung ke kafe tanpa harus mengunjungi museum atau pabrik gula.
Cukup murah, dengan Rp. 4.500,00 kita dapat menikmati secangkir kopi hitam Banaran yang sayang siang itu terlalu manis. Mungkin karena gulanya tinggal mengambil dari pabrik … Suvenir dari kafe ini antara lain kopi satu ons seharga Rp 9.000,00 atau teh hitam seharga Rp 5.000,00 sementara yang versi teh celup seharga Rp 9.000,00 juga. Entah kenapa tidak ada suvenir berupa gula di sini (gedung suvenir yang terletak di antara kafe dan homestay masih belum siap dibuka waktu itu). Yang cukup khas untuk dinikmati dari tempat ini antara lain adalah ketela madu dan ketela keju.
Mengunjungi pabrik, sebaiknya dilakukan ketika musim giling yang selama empat bulan itu. Di pabrik, pengunjung berjalan di atas mesin-mesin raksasa, sehingga rasanya agak mengkhawatirkan jika mengajak anak-anak untuk melihat pabrik ini.
Di hari Ahad, wisatawan dapat juga naik lori yang ditarik oleh lokomotif uap buatan Jerman tahun 1931, yang dahulu digunakan untuk mengangkut tebu dari kebun ke pabrik. Kereta yang diberi nama Gendhis Manis ini sengaja dioperasikan untuk wisatawan. Jalur lori wisata ini mengitari kompleks pabrik gula Gondang Baru. [z]