Museum Gunungapi Merapi, Benda Koleksi dan Pameran
[]
Salah satu museum pilihan pembaca National Geographic Traveler Indonesia pada survei bulan Juli 2011 adalah Museum Gunungapi Merapi. Museum ini terletak di lereng selatan Gunung Merapi, di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Tersembunyi di pelosok desa, di antara bekas-bekas aliran lahar dingin Merapi, museum ini cukup sulit ditemukan terutama penggal setelah beberapa kilometer menelusuri jalan aspal dari perempatan Monumen Jogja Kembali. Beberapa persimpangan jalan tidak memiliki petunjuk sehingga calon pengunjung harus menebak atau bertanya kepada penduduk.
Museum yang atraktif
Menurut salah satu status seorang teman di facebook, museum ini menarik karena tidak gelap seperti museum-museum pada umumnya. Selembar billboard di sudut Lapangan Denggung, kompleks kantor pemerintahan Kabupaten Sleman, beberapa waktu yang lalu juga menginformasikan hal yang sama, bahwa museum ini beda. Memang, bangunan museum atraktif, panil-panil pameran dirancang dengan baik, bergaya ‘modern’, juga menggunakan warna-warna yang cerah.
Sebagian materi pameran juga interaktif, meskipun beberapa yang interaktif tersebut masih juga konvensional seperti menunjukkan suatu titik atau garis dengan lampu ketika pengunjung memencet sebuah tombol. Teater menjadi semacam ‘kewajiban’ bagi museum-museum baru (misalnya Museum Dieng), dan museum ini juga memiliki fasilitas untuk menonton film ini.
Pameran Museum dan Benda
Tidak seperti museum pada umumnya (atau ‘pada standarnya’) yang berfokus pada benda, Museum Gunungapi Merapi lebih menitikberatkan pada informasi mengenai kegunungapian, terutama Gunung Merapi. Sebagai latar belakang, kepada pengunjung disajikan juga sejarah kebumian1 dan kegunungapian secara umum. Oleh karena itu, ruang-ruang museum dipenuhi dengan poster, model-model gunungapi dan hal lain yang berkaitan. Benda di museum ini hanya menjadi ‘lampiran’ atau pelengkap bagi keterangan-keterangan yang disajikan.
Sebenarnya terdapat banyak ‘kegiatan’ museum yang berfokus pada benda, seperti pemerolehan (aksesioning/akuisisi), manajemen data (inventarisasi, dokumentasi), konservasi, komunikasi (pameran, edukasi), riset, serta mungkin penyusutan (deaksesioning). Kegiatan ini dapat membuat museum menjadi hidup, dinamis, dan tidak sekedar menampilkan pameran yang sama selama bertahun-tahun, puluhan tahun, atau bahkan tidak pernah mengganti pameran sama sekali. Museum-museum sekarang umumnya hanya memamerkan sekitar sepuluh persen dari koleksi yang dimiliki sehingga terdapat kemungkinan untuk merotasi pameran tetap atau membuat pameran sementara.
Benda pameran sendiri dapat terdiri dari benda koleksi dan benda ‘properti’. Biasanya benda koleksi dicatat dalam sistem dokumentasi koleksi dan digunakan untuk keperluan riset, sementara itu benda ‘properti’ tidak dicatat sebagai benda koleksi museum karena hanya digunakan dalam pameran dan edukasi. Benda ‘properti’ dapat menjadi koleksi dari bagian edukasi.
cerita di balik sepeda motor tersebut, bagaimana bisa terbakar, bagaimana pemiliknya, apa yang waktu itu dilakukan, apa yang dirasakan olehnya, dan tidak lupa bagaimana benda tersebut sampai di museum juga berapa kode/nomor inventaris koleksi.
Dalam hal ini, museum dapat bekerjasama dengan masyarakat, untuk perolehan benda koleksi, mendapatkan cerita di baliknya, juga mendapatkan gagasan bagaimana sebaiknya suatu benda dipamerkan. Pekerjaan museum semacam ini memang cukup berat, memerlukan perhatian yang cukup, pendanaan yang memadai, dan juga tenaga-tenaga yang cukup ahli di bidangnya.
Jadi, museum tidak sekedar memajang benda mati melainkan benda yang bercerita. Bukan sekedar sepeda motor yang hangus terbakar awan panas tahun 2010 melainkan juga cerita di balik sepeda motor tersebut, bagaimana bisa terbakar, bagaimana pemiliknya, apa yang waktu itu dilakukan, apa yang dirasakan olehnya, dan tidak lupa bagaimana benda tersebut sampai di museum (sumbangankah, pembeliankah, atau cara lain) serta berapa kode/nomor inventaris koleksinya.
Fakta Museum Gunungapi Merapi
Kategori: museum ilmu pengetahuan
Terletak di selatan Kawasan Wisata Kaliurang, Jalan Boyong, Dusun Banteng, Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Diresmikan tahun 2009 oleh Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral.
Predikat Museum pilihan pembaca National Geographic Traveler Indonesia tahun 2011, kategori science/geology/biology.
Pendidikan Siaga Bencana?
Akan tetapi hal demikian dapat dimaklumi, selain pengadaan (serta perawatan, dokumentasi, dan interpretasi) benda koleksi membutuhkan sumberdaya yang cukup besar, mungkin benda koleksi bukan fokus dari Museum Gunungapi Merapi kali ini.
Barangkali dirasakan bahwa untuk kondisi ‘darurat’ Merapi, yang paling diperlukan sekarang adalah mendidik masyarakat mengenai sadar bencana, sehingga museum menyediakan hal tersebut di pamerannya. Hanya saja, ‘museum’ ini lebih bersifat sebagai ‘event’ daripada museum sebenarnya. Fokus pada benda dapat membuat museum lebih dinamis lagi. [z]
Catatan Kaki
- Museum negeri yang berada di setiap provinsi juga sering mengawali cerita dari sejarah kejadian Bumi. [↩]