Hepi Milad!
There is an increasing trend in using ‘met milad’ to congratulate someone in her/his birthday.
Facebook membuat orang mudah terhubung dengan orang lain, termasuk mudah mengetahui kapan seseorang berulang tahun. Kita tidak perlu mengingat kapan tanggal lahir seseorang, karena Mark Zuckerberg dan teman-teman telah melakukannya dan memberitahukan kepada kita. Kemudian kita tinggal mengucapkan selamat dengan menulis di dinding teman kita itu.
Banyak kata, frasa, kalimat yang dapat digunakan seperti “selamat ulang tahun”, “met ultah”, “HBD” yang kadang ditambah “ayo traktir” hehe… Digunakan juga “selamat milad”, “met milad”, “happy milad”. Kata “milad” ini rasanya menjadi tren, banyak dijumpai di jejaring sosial beberapa waktu terakhir. Di dunia nyata sendiri saya jarang mendengar penggunaan frasa tersebut untuk memberikan ucapan selamat ulang tahun kepada seseorang.
Milad secara kamus berarti hari lahir, dalam bahasa arab. Kita mengenal keluarga kata ini misalnya dalam frasa “maulud nabi”, atau “maulid nabi”.
*
Secara umum terdapat dua kalender yang kita gunakan, yaitu kalender Hijriah yang dihitung sejak peristiwa hijrah Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya, dan kalender Masehi, yang konon dihitung sejak kelahiran Nabi Isa al Masih. Oleh karena hal terakhir itu, kalender Masehi juga disebut kalender Miladiah.
Kalender Hijriah berdasarkan pada siklus Rembulan–oleh karena itu juga disebut sistem qomariyah, sementara kalender Masehi berdasar pada siklus Matahari, sehingga juga disebut sistem syamsiah.
(Sebenarnya terdapat banyak kalender di dunia ini. Rasanya setiap budaya memiliki sistem kalender sendiri. Ingat dengan draf proklamasi kita yang berangka tahun 05, tahun Jepang? Ada kalender Jawa, Kalender Bali, kalender Cina, dlsb. Orang-orang Maya juga memiliki kalender sendiri yang menghebohkan itu.)
Sebagian masyarakat (dan lembaga) Islam menggunakan istilah milad untuk ulang tahun. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, memperingati ulangtahunnya juga dengan istilah ‘milad’ dan mengambil dasar perhitungan kalender Hijriah, yang kira-kira berumur sebelas hari lebih pendek. Universitas ini menyatakan1 bahwa mereka adalah satu-satunya universitas yang menggunakan kalender Hijriah untuk perhitungan usia.
Sepanjang saya tahu, umumnya universitas, lembaga yang rasanya sangat Barat ini, menggunakan perhitungan Masehi dan menyebutnya dies natalis, yang kira-kira berarti ‘hari lahir’. Untuk siklus lima tahunan, disebut lustrum.
Kalender Masehi merupakan penanggalan yang umum kita kenal. Dalam kaitan dengan ini, Prof. T. Jacob (almarhum, Kedokteran UGM) dan Prof. Inajati Adrisijanti (Arkeologi UGM) menggunakan istilah TU yang berarti Tarikh Umum. Kalender ini juga merupakan kalender resmi pemerintah sehingga surat-menyurat, agenda, dan sebagainya berdasar kepada kalender ini dan sering disebut sebagai kalender nasional.
Perhitungan ulang tahun seseorang atau lembaga secara umum juga menggunakan kalender masehi. Beberapa perkecualian misalnya sultan dan sri paduka di Yogyakarta, juga sunan di Surakarta, yang menghitung ulang tahun berdasarkan kalender Jawa.
*
Masih berpikir: mengapa “selamat milad” menjadi tren di jejaring sosial. Kontestasi? Internalisasi? Pergulatan identitas? Rekontekstualisasi? [z]
Catatan Kaki
- website UII, 2011 [↩]