Ritual Tahun Baru
[]
Mau ngapain malam tahun baru nanti? Selama belasan tahun, ritual saya tetap sama: tidur di rumah seperti biasa. Maksimal nonton kembang api dari teras rumah, karena mau tidak mau terbangun oleh suara riuhnya kembang api. Nonton TV sudah tidak begitu tertarik. Acaranya begitu-begitu saja. Film, musik, jam 10 malam ada pemberitahuan bahwa di WIT sudah berganti tahun, jam 11 giliran WITA, jam 12 WIB berganti tahun.
turun ke jalan karena di jalan banyak orang yang turun ke jalan karena di jalan banyak orang.
Di Yogyakarta, keramaian kira2 berpusat di Malioboro dan Alun-Alun Lor. Biasanya ada panggung musik di alun-alun yang nanti diakhiri dengan melontar-letuskan kembang api pada jam 12 malam atau 00, yang suaranya memekakkan telinga. Entah apakah para pasien RS PKU Muhammadiyah yang tidak jauh dari sana juga menikmati kemeriahannya. Malioboro jelas akan macet, oleh karena itu terdengar kabar di media online bahwa kapolda DIY melarang orang berkunjung ke Malioboro.
Melarang? Mungkin maksudnya menghimbau agar tidak memadati kawasan wisata itu. Selebihnya, anak-anak muda akan berputar-putar keliling kota dengan sepeda motor tanpa tujuan jelas. (Agregasi orang tanpa tujuan di jalan itu menjadi hal yang menarik: turun ke jalan karena di jalan banyak orang yang turun ke jalan karena di jalan banyak orang. Aneh juga.)
*
Yang cukup mengejutkan bagi saya, entah tadi atau kemarin, di layar kaca tv terlihat seorang ustad memperingatkan akan adanya ribuan keperawanan dan keperjakaan yang akan hilang di malam tahun baru. Naudzubillah.
Rupanya beliau bukan ngarang. Tadi terlihat seorang teman di facebook mengunggah tautan tentang hal yang mirip. Ada seorang yang kehilangan keperawanan karena dipaksa pacarnya untuk merayakan pergantian tahun. Nasihat bijak dari teman tadi: adakah yang lebih baik daripada merayakan pergantian tahun dengan tetap berada di rumah bersama keluarga?
Ok. Saya juga akan bersama keluarga saja. [z]