Kuliner Kepepet
There is an increasing of creativity in Indonesian culinary, particulary in using ‘unusual’ ingredient …
Kita sering mendengar cerita tentang zaman Jepang dulu, bahwa hidup sangat sulit. Orang-orang berpakaian goni atau karet, makan bonggol pisang. Hal itu terjadi, konon, karena balatentara Jepang mengambil semua sumberdaya untuk membiayai perang mereka.
*
Jika kita perhatikan, makanan kita sekarang tidak kurang anehnya. Serangga dan binatang-binatang aneh yang pernah ditayang televisi dalam acara kuliner ekstrem? Untuk sebagian kita memang aneh, tetapi bukan itu yang saya maksud.
Barusan di suatu acara anak-anak di salah satu televisi nasional ditayang tentang pembuatan abon duri ikan bandeng. Duri ikan? Benda ini dulu merupakan momok. Ikan bandeng termasuk ikan yang paling sedap dimakan tetapi duri halusnya sangat mengganggu.
Oleh karena itu para pengusaha di sepanjang pantura Jawa Tengah mengembangkan produk bandeng duri lunak dan juga bandeng tanpa duri. Di luar kedua produk yang membuat kita nyaman menikmati gurihnya daging ikan bandeng tersebut, kita selalu menghindari duri bandeng dan membuangnya daripada benda runcing ini tersangkut di tenggorokan.
… kita mengenal misalnya keripik cakar ayam. Kulit jeruk bali yang dulu kita buat mainan sekarang menjadi manisan.
Selain duri bandeng yang dijadikan abon (jujur, saya baru tahu pagi ini), kita mengenal misalnya keripik cakar ayam. Kulit jeruk bali yang dulu kita buat mainan sekarang menjadi manisan. Kulit umbi ketela pohon juga menjadi keripik, malahan dendeng!
Kepala ikan, yang daging badannya telah menjadi filet, dimasak gule dan sop. Harganya lumayan mahal. Di salah satu warung di Yogyakarta masakan ini disajikan sekalian duri-duri dari badannya. Lumayan, masih ada daging nyelip, meskipun pada gilirannya akan membuat kasihan si puss karena tidak kebagian material lunak untuk konsumsinya.
Belum lagi jika kita menghitung bahan makanan yang kita konsumsi sementara orang lain tidak. Jeroan misalnya. Bahan yang tidak biasa dikonsumsi bule ini dapat kita olah menjadi makanan favorit nan penuh kolesterol pertanda enak bin nikmat…1
(Jangan mikir rambak atawa krecek sisa kulit untuk sepatu yang sempat menghebohkan. Juga dendeng celeng dan bakso tikus. Itu kejahatan.)
Pertanda apakah penggunaan bahan-bahan yang dahulu kita buang ini? Kreativitas kita? Boleh jadi. Namun tekanan penduduk, yaitu jumlah penduduk yang cukup besar dibanding sumber daya yang ada, dapat memaksa kita kreatif untuk menyiasati kekurangan pangan. Rasanya makanan-makanan semacam ini banyak dijumpai di wilayah dengan banyak penduduk seperti Pulau Jawa.
*
Jadi, apakah sebenarnya kita sedang dalam kondisi krisis? [z]
- Eh, om-om saya yang bule sangat suka olahan hati angsa, khususnya yang dijual di restoran-restoran di Paris … [↩]