Borobudur, Komodo, Piramid
[]
Apakah Candi Borobudur adalah satu dari tujuh keajaiban dunia?
Tujuh keajaiban dunia yang populer adalah daftar buatan Antipater Sidon, seorang pujangga Yunani Kuna, yang hidup seratusan tahun sebelum Masehi. Ia membuat daftar tujuh peninggalan yang dianggapnya hebat. Peninggalan-peninggalan itu terletak di Eropa dan Timur Tengah, warisan dari kebudayaan Yunani-Romawi, Mesir, dan Babilonia.
Candi Borobudur tidak termasuk dalam daftar tersebut. Betapapun hebatnya, candi ini dibuat sekitar tahun 800-an (setelah) Masehi. Antipater Sidon telah meninggal beberapa abad sebelum sempat berkelana ke Nusantara menyaksikan kemegahan candi ini. Akan tetapi, sampai beberapa saat yang lalu masih terdengar sebutan Candi Borobudur sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Situs berita ternama pun pada tahun 2009 masih menganggapnya sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia1
Antipater Sidon telah meninggal beberapa abad sebelum sempat berkelana ke Nusantara menyaksikan kemegahan candi ini.
Masuknya Borobudur ke dalam daftar Unesco pun dianggap sebagai masuk ke dalam ‘tujuh keajaiban dunia’, padahal dalam daftar yang dibuat oleh lembaga di bawah PBB ini terdapat seribuan situs sebagai Warisan Dunia (World Heritage).2 Di Indonesia sendiri setidaknya terdapat tiga warisan dunia bendawi, yaitu: Borobudur Temple Compounds, Prambanan Temple Compounds, dan Sangiran Early Man Site.
***
(Yah, sebenarnya siapa yang berhak membuat daftar? Di zaman bebas merdeka dengan keajaiban internet sekarang ini banyak pihak yang dapat membuat kategori semacam “10 ter… di dunia”. Meramban sebentar di Google, dan kita akan mendapat banyak versi.)
***
Komodo kemudian diusahakan masuk ke dalam Tujuh Keajaiban Dunia Baru versi polling SMS sebuah lembaga di Eropa. Setelah melalui kontroversi dan ribut-ribut, konon Komodo akhirnya (sementara di situs lembaga tersebut masih diberi tanda ‘provisional’ ) masuk menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia baru. Entah apa pula dampaknya bagi masyarakat Indonesia, juga bagi kelestarian dan kesejahteraan binatang komodo itu sendiri. Sekarang tidak terdengar lagi gaungnya.
Belum selesai pening kita dengan urusan komodo, staf khusus kepresidenan melansir berita penemuan piramida di Garut, Jawa Barat. Piramida ini konon lebih tua daripada Piramida Giza yang oleh Antipater Sidon telah dimasukkan dalam Tujuh Keajaiban Dunia versinya. Dari komentar-komentar dan pernyataan yang berseliweran di media massa terlihat adanya keinginan memiliki sesuatu yang lebih tua dari peninggalan terkenal di Mesir itu.
***
Lagi berpikir, mengapa kita selalu berharap memiliki sesuatu yang tertua, dan tak ada duanya, tepatnya: tak ada delapannya? Mengapa pula kelihatannya kita suka dengan pendapat Oppenheimer dari Inggris, yang kira-kira menyatakan bahwa dulu Indonesia merupakan pusat dunia?
***
Sore ini di facebook kubaca pindaian artikel Mas Daud Aris Tanudirjo, kolega dan guru saya, yang terbit di Kompas kemarin. Beliau berpendapat bahwa kasus “Piramida” Sadahurip muncul dari masyarakat yang sedang frustrasi dan kehilangan jati diri. Masyarakat menginginkan kembalinya kebahagiaan dan kejayaan masa lalu … [z]
Catatan Kaki