Trinil
Nama trinil digunakan untuk beberapa keperluan, terutama di Jawa, mulai dari toponim hingga nama jenis binatang. Mengingat banyak toponim yang menggunakan nama binatang, kemungkinan nama dusun Trinil di Ngawi juga berasal dari keberadaan binatang ini di tempat tersebut di masa lalu.
1
Situs paleontologi di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Di situs tersebut, di akhir abad ke-19 Eugene Dubois menemukan fosil yang pada waktu itu kemudian disebut dengan Pithecanthropus erectus. Penemuan ini cukup penting karena dianggap sebagai missing link, satu mata rantai evolusi manusia yang hilang. Sekarang, di dekat lokasi penemuan tersebut, di tepi Bengawan Solo, didirikan Museum Trinil.
2
Panggil kesayangan untuk Kartini kecil yang kelak menjadi pahlawan emansipasi wanita. Panggilan tersebut karena konon tingkah laku putri Jepara ini seperti polah seekor burung trinil.
3
Burung yang namanya digunakan untuk menjuluki Ibu Kartini kecil tadi. Terdapat beberapa jenis burung ini, antara lain trinil semak (Tringa glareola) dan trinil pantai (Actitis hypoleucos).
4
Sandiwara radio pada pertengahan tahun 1980-an, sebelum Saur Sepuh kondang dan lebih belakangan ketimbang cerita Nogososro dan Sabuk Inten atau Untung Suropati yang juga populer.
Sandiwara horor buatan salah satu radio swasta di Magelang ini sangat populer. Jika waktu itu di siang hari kita berjalan menelusuri gang-gang di Kota Magelang, kita tidak akan ketinggalan cerita sandiwara ini karena di setiap rumah orang memasang radio dengan keras untuk mendengarkan.
“Niiilllll, balekna gembungku, Nillllllll….”
Sponsor sandiwara ini adalah produsen obat batuk, mungkin mix*grip. Tokohnya adalah Pak Darmo, seorang sopir yang terbatuk-batuk sewaktu diperintah ndoronya untuk berangkat. Sukses serial sandiwara ini kemudian diikuti oleh seri lain seperti Miranti. [z]