Rupiah
Hidup memang perlu rupiah
Tetapi bukan segalanya
Silakan mencari rupiah
Asal jangan halalkan cara
Rhoma Irama, “Rupiah”, 1975.
Nama mata uang, tentu tidak ujug-ujug, tiba-tiba, ada. Ada beragam cerita di belakang pemberian nama mata uang. Mungkin yang paling terlacak dengan jelas sebab musabab dan latar belakang tersebut adalah Euro, mata uang yang baru diberlakukan sekitar sepuluh tahunan yang lalu di sebagian negara di Benua Eropa.
Saya belum tahu, atau lupa, tentang dongengan munculnya nama ‘rupiah’, mata uang kita. Yang jelas, Maladewa, satu negeri di Samudra Hindia sana, menggunakan nama yang mirip: rufiyaa. Sementara itu, beberapa negara di sekitar kita menggunakan nama ‘rupee’. Wikipedia:
Rupee adalah nama untuk jenis mata uang yang digunakan di beberapa negara, seperti: India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Mauritius, dan Seychelles. Di masa lalu, rupee juga merupakan mata uang yang digunakan di negara-negara Myanmar, Jerman dan jajahan Inggris di selatan Afrika. … Penamaan rupiah di Indonesia dan rufiyaa dari Maladewa merupakan penamaan uang yang berasal dari bahasa yang sama. 1
Masih dari wikipedia, konon kata rupee berasal dari bahasa Sanskerta, raupya yang berarti ‘koin perak’.12
Mungkin nama-nama mata uang tadi bersumber pada akar yang sama, raupya, yang kemudian bercabang, satu berkembang menjadi rupiah dan rufiyaa, dan cabang lain menjadi rupee (Bagaimana mengucapkannya, ‘rupi’?). Perlu kajian linguistik bandingan historis untuk menelusuri hal ini.
*
Selain rupiah, kita juga mengenal istilah-istilah lain yang berkaitan dengan uang, mata uang, atau satuan mata uang. Istilah tersebut beredar terbatas pada wilayah tertentu, etnis tertentu, atau bahkan mungkin hanya beredar di cerita-cerita silat. Berikut sebagian yang teringat.
Bénggol, sebutan untuk mata uang zaman Hindia-Belanda, yang hingga beberapa waktu yang lalu masih beredar di masyarakat untuk kerokan. Entah, apa memang dahulu disebut dengan bénggol, atau karena bentuknya besar, paling besar di antara mata uang zaman kerokan belum menggunakan balsem b*lpirik.
Kita juga mengenal istilah ‘bénggol’ di Jawa untuk menjuluki bos, bas, dari suatu gerombolan: bénggolé atau bénggolané. Konon, uang benggol berbahan tembaga (belakangan perungu) senilai 2,5 sen. Uang ini merupakan satu dari seri koin pertama terbitan Hindia-Belanda yang memiliki tiga bahasa (Jawa, Arab-Melayu dan Belanda). Fisiknya tebal, berat dan besar dibanding koin-koin pecahan lainnya.3
Duit. Kata ini terdapat pada koin VOC, baik dieja “duit” maupun “doit”. Duit adakah istilah dalam bahasa Jawa untuk menyebut uang. Konon, dalam bahasa Belanda, duit berarti “koin kecil dari tembaga”. Ada yang menyatakan satu duit seharga 120 rupiah.
Gélo. Zaman krupuk masih seharga lima rupiah atau ‘mangpi’, masih dijumpai istilah segelo (satu gelo), rong gélo (dua gélo), limang gélo atau ‘mang gélo (lima gélo),4 yang sama artinya dengan satu rupiah dst.
Gobang. Majalah Gatra online mendefinisikannya sebagai “mata uang receh jaman penjajahan Belanda.”5 Mungkin yang dimaksud adalah sebutan untuk uang receh (koin) zaman penjajahan dulu..
Gobog, sebutan orang Jawa untuk semua jenis uang koin kuno yang berlubang di tengah, baik uang Cina maupun uang Jawa.6
Kêlip, yaitu uang sebesar 5 sen.
Kèpèng. Di cerita-cerita silat sering kita jumpai istilah ini. Apakah ini sama dengan (atau kemudian menjadi) ‘keping’? Menurut wikipedia, kepeng adalah uang logam yang berlubang di tengahnya.7 Di Bali, uang ini disebut juga pis bolong atau pipis bolong, yang masih diproduksi dan digunakan untuk benda upacara dan kemudian juga cendera mata.
Kêthip, yaitu uang senilai sepuluh sen.
Pérak. Seperti telah disebut di atas, rupee (dan kemudian rupiah) berasal dari kata rupya yang berarti perak. Sekarang istilah perak ini masih kadang muncul, untuk menyebut satuan-satuan kecil dalam percakapan informal. Lima perak, seribu perak …. Rasanya tidak pernah terdengar orang menyebut ‘semilyar perak’. Apakah ini gejala bahasa peyoratif, yang merendah(-kan) seperti ‘Hanya lima perak… ‘, atau karena hanya uang satuan kecil lah yang menggunakan bahan logam.
Picis. Terdapat istilah ‘mas, picis, rajabrana’ dalam sastra Jawa, seperti yang diucapkan seorang dalang atau protokol mantèn dalam kaitan dengan harta kekayaan.
Rècèh, uang koin? uang kecil?
Ringgit. Meskipun digunakan juga oleh negeri jiran Malaysia, kita juga mengenal istilah ringgit, yaitu uang sebesar 2,5 rupiah. Dulu ibu saya masih menggunakan satuan ringgit untuk membeli lombok di warung. Akhirnya, ringgit juga digunakan untuk menyebut 2.500 rupiah dalam percakapan penjual dan pembeli di pasar. Faktor ‘dua setengah’ tadi menjadi dasar dari perhitungan ringgit.
Apakah istilah ‘ringgit’ berkait dengan uang ini berhubungan dengan ‘ringgit’ yang berarti ‘wayang’ dalam bahasa Jawa halus? Gobog Jawa memang bergambar wayang, sebagaimana dilukiskan oleh Raffles dalam buku History of Java. Fungsi koin ini tidak jelas, apakah sebagai alat pembayaran atau semacam jimat.8
Ripis, atau répés. Berasal dari kata ‘rupee’?
Sen, seperseratus. Ingat persen?
Tali atau talèn. Ingat frasa (?) ‘setali tiga uang’? Konon dahulu terdapat ikatan uang logam senilai 25 sen, terdiri atas tiga uang, yaitu dua keping 10 sen dan sekeping 5 sen. Maka, beberapa uang memiliki lubang di tengah untuk tempat masuk tali pengikat.
*
Cah Yojå, Yogya, bilang: “Poya mothig poya håhå.” Ora (duwé) dhuwit ora påpå. [z]
Catatan kaki
- id.wikipedia.org/wiki/Rupee [↩] [↩]
- Prof. Timbul Haryono, dalam makalah untuk seminar PIA V tahun 1989 menulis bahasa sanskerta [atau jawa kuna?] logam perak ini sebagai rūpya. [↩]
- Surabaya Tempo Dulu, seperti dikutip http://phesolo.wordpress.com/2012/07/27/penukar-uang-geldwisselaars-pada-masa-kolonial/ [↩]
- Di suatu wilayah di Klaten akhir ’70-an dulu bahkan disingkat lagi ‘manggik’ [↩]
- arsip.gatra.com/majalah/gobang.php [↩]
- eonet.ne.jp/~limadaki/uangkuno/coin/gobog.html [↩]
- id.wikipedia.org/wiki/Kepeng [↩]
- http://help.kintamoney.com/wiki/Koin_Gobog_Wayang [↩]