Dari Lustrum ke Lustrum
Tahun ini, 2012, Jurusan Arkeologi telah berusia lima puluh tahun. Kenangan atas perjalanan yang saya ikuti dan rekonstruksi sejarah jurusan ini dapat dibaca di sini. Bagian “lustrum” naskah tersebut saya pindah dan kembangkan di sini.
Entah sejak kapan tradisi lustrum diadakan di Jurusan.1 Berikut adalah catatan seingat saya dari acara-acara lustrum.
Lustrum ke-11, 2017, dapat dibaca di sini.
Lustrum ke-10, 2012
Berkaitan dengan usia yang telah setengah abad, dengan judul “Menggapai Impian”, tema lustrum kali ini berkisar tentang refleksi Jurusan Arkeologi. Apa yang telah diperbuat dan bagaimana perencanaan untuk masa depan.
Dalam susunan acara terdapat penerbitan dan peluncuran buku, sarasehan-diskusi tentang pendidikan arkeologi, juga pameran ‘open house’. Penghijauan, dengan menanam pohon bodi, juga dilaksanakan di Candi Sojiwan, Klaten. Hadir ikut menanam adalah dekan FIB, Dr. Ida Rochani Adi. Acara yang selalu tidak ketinggalan setiap kali diadakan lustrum adalah temu alumni. Sekitar 160 orang alumnus menghadiri acara ‘Malam Bertabur Rindu’ tersebut.
Lustrum ke-9, 2007
Lustrum berikutnya, bersamaan dengan pelepasan Bu Sum yang memasuki usia pensiun, tahun 2007. Oleh karena itu, dilakukan juga peluncuran buku untuk menghormati beliau, berjudul Kriyamika.2 Berkaitan dengan itu juga dilaksanakan seminar internasional tentang kriya.
Malam temu alumni diselenggarakan bersamaan dengan peluncuran buku untuk Prof. Sumijati Atmosudiro tersebut. Semacam candle light dinner diselenggarakan di plaza panggung terbuka, dan Prof. Timbul tampil ndhagel di pentas.
Karena jumlah alumnus semakin banyak, maka tidak lagi diterbitkan buku Swakulagotra. Sebagai gantinya, data alumni dibuat dalam bentuk CD. Ringkas dan murah ….
Lustrum ke-8, 2002
Yang teringat, buku alumni “Swakulagotra 2” berwarna hitam, juga buku Jogja di Mataku yang berisi artikel tentang Yogyakarta. Acara temu alumni diselenggarakan malam hari di Pantai Kukup. Pada keesokan paginya diselenggarakan ziarah, antara lain ke makam Pak Karto (M.M. Sukarto Kartoatmojo) dan makam Bu Sum Besar (Sumijati Nitiprodjo almarhumah).
Lustrum ke-7, 1997
Ketika itu, tahun 2002, gedung Poerbatjaraka masih baru (disebut Gedung C), dan panitia membuat pameran di terasnya, sesuatu yang tidak pernah dilakukan di fakultas sebelumnya. Dalam pameran tersebut ditampilkan foto-foto dari masa lalu. Acara malam temu alumni diselenggarakan di malam hari dengan mendirikan panggung rendah di tepi gedung tersebut.
Acara lain dalam kesempatan tersbut adalah penerbitan buku Cinandi untuk menghormati Prof. Soekmono almarhum, dan malam temu alumni. Satu sarasehan tentang pendidikan arkeologi diselenggarakan di Bandungan, Semarang, yang diikuti dengan ziarah ke beberapa makam mantan dosen seperti Romo P.J. Zoetmulder dan Mas Kusen.
Buku alumni diberi judul “Swakulagotra” setelah berkonsultasi dengan epigraf kita, Pak Riboet Darmosutopo. Ikatan alumni Arkeologi UGM kemudian juga diberi nama Swakulagotra. [z]
Catatan Kaki