Sudut-Sudut Sonobudoyo
\
Museum Sonobudoyo merupakan museum tertua di Yogyakarta. Museum ini bermula sebagai bagian dari Java Instituut, sebuah lembaga kebudayaan yang memperhatikan kebudayaan Jawa, termasuk Madura, Bali, dan Lombok. Berdiri pada masa Kolonial, tahun 1919, lembaga ini beranggotakan beberapa ahli dan pemerhati kebudayaan Jawa, baik dari pribumi maupun orang Belanda.
Pada kongres tahun 1924, diputuskan untuk mendirikan sebuah museum. Sultan Hamengkubuwono memberikan tanah di dekat alun-alun utara untuk lokasi museum. Pada masa pendudukan Jepang, museum ini dikelola oleh bupati Paniradyapati Wiyata Praja (Kantor Sosial bagian Pengajaran). Setelah kemerdekaan, museum dikelola oleh bupati Utorodyopati Budaya Prawita di jajaran pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pada akhir tahun 1974, pengelolaan dilakukan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah masa otonomi daerah, di tahun 2001 museum dikelola lagi di tingkat provinsi, yaitu menjadi UPTD di lingkungan Dinas Kebudayaan.1
Gedung museum dirancang oleh arsitek kenamaan pada waktu itu, Ir. Thomas Karsten. Ia mengambil bentuk bangunan bangsawan Jawa, dengan pendapa, dalem (lengkap dengan pasren), dan gandok. Untuk memenuhi keperluan museum, dalem diubah menjadi ruang pamer, sementara gandok sekarang menjadi sarana kantor administrasi bagi museum.
Kegiatan Java Instituut pada masa itu tidak hanya berkaitan dengan museum. Mereka mengadakan kongres (1924), penerbitan (Majalah “Djawa”), juga mendirikan sebuah sekolah seni kerajinan (Kunstambacht School) pada tahun 1939.
Catatan Kaki
- http://www.sonobudoyo.com/isi.php?id=5 [↩]