Dari Kali ke Jalan Tol
A shift from river to highway.
Awal Maret 2013, beberapa potongan tubuh manusia ditemukan berceceran di seruas jalan tol Cawang-Cikampek, Jakarta. Diidentifikasi, korban adalah seorang perempuan. Tidak lebih dari 36 jam kemudian, polisi telah berhasil meringkus para pelaku pembunuhan, mutilasi, dan pembuangan bagian-bagian tubuh tersebut.
Jalan tol digunakan sebagai tempat pembuangan. Dahulu pernah terdapat kasus menghebohkan yang membuang tubuh di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Tubuh tersebut dimasukkan ke dalam entah koper atau kardus, dan dibuang di tepi jalan besar itu. Dan banyak lagi kasus penemuan korban pembunuhan di jalan.
***
Jalan sebagai tempat pembuangan bukan fenomena baru. Kita sering melihat orang dengan enaknya membuang sampah keluar dari jendela mobil. Setelah menghisap habis asap tembakau, perokok kadang melempar filter tersisa keluar mobil. Setelah habis memakan daging buah, penumpang dengan santainya melempar kulit rambutan dan isinya melalui jendela mobil. Kemana lagi, jika tidak ke jalan raya.
***
Tidak hanya jalan raya, sungai pun menjadi sarana ‘tempat sampah’. Ingat lagu jawa ‘Dhayohe teka’, yang berakhiran dengan membuang anjing yang mati ke sungai?
E … dhayohe teka (Eh, sang tamu telah datang)
E … gelarna klasa (eh, hamparkan tikar)
E … klasane bedhah (eh, tikar telah sobek)
E … tambalen jadah (eh, tamballah dengan juadah)
E … jadahe mambu (eh, juadah telah basi)
E … pakakna asu (eh, berikan pada anjing)
E … asune mati (eh, si anjing tewas)
E … kelekna kali … (eh, hanyutkan ke sungai … )
Membuang sampah ke sungai memang praktis. Tinggal lempar plung dan lap, akan hilang dengan sendirinya dalam sekejap. Mungkin hal itu terjadi dahulu ketika debit air sungai masih besar sementara sampah masih sedikit dan bersifat organik …
Perilaku membuang sampah ke sungai juga (masih) menjadi keseharian sebagian masyarakat kita. Sampah rumah tangga hingga isi perut yang sudah tidak kita inginkan.1
Perilaku membuang sampah ke sungai ini memunculkan banjir berbagai skala di pemukiman. Oleh karena itu, muncul banyak himbauan untuk tidak membuang sampah ke sungai, dan larangan keras untuk melakukannya.
***
Senyampang dengan hal itu, dalam kebudayaan kita terdapat pergeseran jalur transportasi dari sungai menjadi jalan. Berbagai kota tumbuh di sekitar sungai. Oleh karena itu, moda transportasi yang digunakan pun moda keairan seperti perahu. Berjualan juga dilakukan di sungai, seperti yang masih tersisa di Lok Baintan, Banjarmasin.
Sekarang, jalan-jalan dibangun untuk menggantikan sungai. Entah kenapa kita memilih moda transportasi darat ketimbang air.
Maka, jalan juga menjadi tempat pembuangan, tempat sampah yang sangat panjang. [z]
Catatan Kaki
- Kali Manggis di tengah kota Magelang, setidaknya hingga tahun 1980-an dahulu pernah terkenal dengan sebutan ‘Kali Mekong’. Bukan karena mirip dengan kali terkenal di Cina tersebut, tetapi ‘mekong’ merupakan singkatan dari meme bokong. Tiap hari para pembuang hajat memamerkan bokong mereka di tepi sungai ini… [↩]