Suvenir atawa Cendera Mata
Criteria for an “ideal” wedding souvenir.
Suvenir atawa cendera mata1 merupakan hal yang sulit ditinggalkan ketika mengadakan resepsi pernikahan. Si empunya hajat merasa kurang jika tidak menyambut para undangan, yang telah merelakan waktu, dengan benda tanda ucapan terima kasih. Maka, seakan menjadi kewajiban bahwa penyelenggara pesta manten selalu menyiapkan cendera mata untuk tetamu. Para hadirin pun merasa kurang jika tidak ada suvenir di meja penerima tamu, baik karena sudah habis maupun memang tidak disediakan. Maka, mereka yang memiliki relasi luas akan punya sekumpulan besar cendera mata manten di rumahnya.
Cendera mata manten telah berkembang dengan pesat. Dulu, di awal tahun 80-an, cendera mata yang saya ingat hanya berupa kertas tebal bertuliskan “Terima kasih atas doa restu … ” dst, yang dipotong berbentuk tertentu seperti hati atau kipas. Pesta pernikahan tetangga saya malah menuliskan nomor di balik kertas tersebut dan mengundinya untuk memberikan satu bingkisan kepada tetamu yang beruntung.
Dari sekadar kertas ucapan, kemudian ditambahkan satu benda pemanis seperti butiran gabus (styrofoam) dibungkus kain tule. Biasanya, calon pengantin membuat sendiri suvenir tersebut. Secara fisik terlihat bahwa ungkapan terima kasih merupakan hal yang penting: kertas ucapan tetap mendominasi.
Sekarang, cendera mata telah berkembang sedemikian rupa. Benda menjadi bagian utama, kertas ucapan cenderung mengecil dengan tulisan sebesar anak semut. Bisnis cenderamata muncul di mana-mana. Peminat dapat memilih dengan leluasa apa yang hendak mereka berikan kepada para tetamu di hari istimewa. Batasnya hanya satu: kekuatan kantong ….
Beberapa orang mendesain sendiri cenderamata sehingga lebih personal. Sebagian lain membuat sendiri sehingga lebih ekonomis. Setidaknya dalam hal finishing seperti membungkus atau memberi label. Bungkus ini pun bisa membuat cendera mata menjadi personal. Ada ‘sentuhan’-nya…
***
Sembari membantu seorang adik mem-finishing cenderamata untuk pesta pernikahannya, berikut hal-hal yang terpikir tentang cindera mata ‘ideal’.
- Handy, cemangking. Benda-benda berbentuk kecil, praktis untuk dibawa cocok untuk cendera mata. Biasanya cenderamata diberikan ketika para undangan datang mengisi buku tamu. Bayangkan, mereka akan membawa benda itu sepanjang pesta, bersalaman dengan para among tamu, keluarga, dan mempelai. Mereka juga harus memegang piring atau gelas dalam pesta tersebut, sambil makan dan minum tentunya. Maka tidaklah bijak memberikan cendera mata yang besar yang tidak cemangking kecuali jika dapat mengaturnya untuk diberikan ketika para tetamu akan meninggalkan tempat.
- Berguna. Yak, cenderamata memang benda basa-basi. Akan tetapi, akan sangat bagus jika benda tersebut juga mengandung guna praktis, tidak sekadar benda yang untuk dipajang-simpan. Namun, benda yang ‘terlalu’ sehari-hari kadang dapat membuat kening tetamu berkerut: mengapa memberikan benda semacam ini?
- Memorabel, atau kemingat. Diharap para tetamu masih mengingat peristiwa yang bagi mempelai dan keluarganya sangat penting itu. Tetapi, ini aspek egois, ya … Benda yang didisain secara khusus dan unik akan memenuhi aspek ini.
- Personal. Tentu akan memuaskan bagi pihak pengantin apabila dapat memberikan benda yang personal, yang dirancang secara khusus, mencerminkan diri mempelai, diperoleh secara susah payah, dibuat dengan repot … tetapi lagi, ini perkara egoisme pihak mempelai.
- Tidak berbahaya. Tentu kita tidak ingin agar tetamu terluka, atau keluarganya di rumah terluka. Benda tajam, misalnya, tidak layak untuk cendera mata. Selain alasan praktis-teknis agar tidak terluka, benda tajam konon juga dipercaya pantang diberikan sebagai cendera mata.
***
Jika pihak penyelenggara (mempelai) ingin membuat sendiri cendera matanya, agar memuaskan diri dan lebih ekonomis, maka perlu diperhatikan kemampuan untuk mengerjakannya. Ukur kemampuan diri (dan keluarga, karena biasanya akan dibantu … hehe) apakah tahap-tahap pengerjaan dapat dilalui dengan baik. Apakah tersedia tenaga untuk mengerjakannya karena kesibukan menjelang pesta pernikahan tidak hanya menyiapkan cendera mata. Ukur juga waktu, apakah dengan sumber daya yang tersedia benda-benda tersebut akan siap di hari “H” dengan jumlah dan mutu yang memadai?
- Baca juga: Cendera Mata
Maka, rancangan yang sederhana, simpel, akan lebih masuk akal daripada benda-benda rumit yang membutuhkan tahapan pengerjaan yang panjang dan kemampuan khusus untuk melakukannya. [z]
Baca juga
Catatan Kaki
- Yak, menurut KBBI penulisannya memang “dipisah”, bukan cenderamata, bukan pula cinderamata. [↩]