Habis Gelap di Vredeburg
Jika ada yang masih membayangkan bahwa museum pastilah gelap, maka hal itu akan perlahan hilang jika ia berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg. Sejak beberapa bulan yang lalu, museum ini tidak lagi gelap di ruang pamernya.
Gelap-Terang Vredeburg
Dahulu, museum benteng ini gelap antara lain karena pameran didominasi–bahkan seluruhnya–dengan diorama yang terletak di dalam kaca. Jika menggunakan cahaya ruang yang terang, maka cahaya lampu tersebut akan terpantul pada kaca pembatas yang akan berdampak pada diorama yang tidak jelas terlihat.1
Ruang-ruang pamer (Ruang Diorama) yang gelap juga merepotkan pengunjung. Ruang-ruang pamer di museum ini berada pada bangunan yang terpisah-pisah. Untuk berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain pengunjung harus keluar bangunan, berjalan (kadang) di panas terik untuk masuk lagi ke ruang yang cukup gelap. Mata harus berakomodasi pada situasi berubah-ubah ini.
Kondisi terang dibutuhkan oleh museum Benteng Vredeburg yang kini juga memamerkan beberapa benda, baik asli maupun replika, dan juga menampilkan cerita yang lebih banyak. Jika dahulu diorama hanya memiliki label di depannya berupa film orto negatif yang diberi sinar dari bawah yang diletakkan pada bagian atas sebuah kotak-cahaya, maka kini menggunakan tulisan pada selembar akrilik bening dengan lampu di bawahnya — yang membuat ruang semakin terang — dan kadang disertai layar sementuh di dekatnya.
Di ruang pamer yang telah diperbaiki tersebut dipasang juga lampu kabel tertutup akrilik buram di bagian bawah tembok. Ditambah dengan efek terang dan warna dinding yang baru, jika lampu tersebut dinyalakan suasana ruang menjadi ‘meriah’. Untung lampu tersebut dengan mudah dapat dimatikan oleh pengelola dan kelihatannya memang jarang atau tidak pernah dinyalakan.
Cahaya dan pengalaman pengunjung museum
Cahaya merupakan faktor yang penting dalam sebuah pameran museum. Cahaya dapat menonjolkan satu objek dan melesapkan yang lain. Cahaya juga dapat menuntun pengunjung ke arah yang diinginkan oleh museum. Cahaya yang datar (sama untuk semua objek, semua bagian ruang pamer) membuat fokus tidak jelas dan membiarkan pengunjung memutuskan sendiri apa yang hendak dilihatnya. Hal ini tidak sepenuhnya keliru, terutama jika memang efek tersebut yang dikehendaki.
Di sisi lain, ruang pamer yang gelap dengan sedikit cahaya yang menfokus, mengesankan otoritas yang kuat dari pengelola (museum) kepada pengunjung untuk ‘memaksa’ mereka hanya memperhatikan cerita yang disajikan. Tidak boleh ada hal lain yang mengganggu atau memungkinkan cerita berjalan sendiri. Pengunjung tidak dapat menikmati dengan mudah seberapa halus tembok dan vitrin dikerjakan,2 atau mengetahui siapa saja yang bersamaan berkunjung, bagaimana ekspresi mereka, dan sebagainya.
Fakta Museum Benteng Vredeburg
Terletak di Jl. Jend. A. Yani, Yogyakarta.
Dibuka untuk umum mulai tahun 1987.
Kekurangan dari ruang yang terang tentu juga ada. Sinar kadang mengganggu stabilitas objek yang dipamerkan (beberapa objek mungkin peka terhadap cahaya). Di Museum Benteng Vredeburg cahaya terang ini juga membuat layar sentuh tidak bekerja dengan baik. Bagi pengunjung, cahaya yang terlalu banyak dapat membuat konsentrasi terganggu.
Menghargai Pengunjung
Bagaimanapun, upaya ini (membuat ruang pamer lebih terang) merupakan penghargaan kepada pengunjung. Merekalah yang menghidupkan cerita yang disajikan di ruang pamer dengan memberikan lebih banyak kemungkinan untuk dieksplorasi.
Sekarang pengunjung pameran museum Benteng Vredeburg lebih diberi kebebasan untuk menafsirkan cerita diorama, menghubungkan dengan hal lain seperti objek yang tersaji baik dalam vitrin kaca maupun diletakkan terbuka. Pengunjugn juga dapat menghubungkannya dengan cerita yang mendalam yang dapat dipilih di layar sementuh.
Objek dan cerita di dalam museum bukan lagi misteri yang dipertontonkan dan dinterpretasikan sendiri oleh museum untuk pengunjung. Meskipun tetap di bawah kontrol museum, pengunjung lebih memiliki kebebasan untuk menginterpretasi dan memilih kedalaman cerita yang diinginkan. [z]
Catatan Kaki