Kosa Kuliner Nusantara
Vocabularies on Indonesian cullinary
Jika kita perhatikan acara-acara kuliner di televisi akan terlihat sangat banyak istilah asing yang bertebaran. Terbayang bahwa masakan sono sangat maju, rumit dengan berbagai istilah itu.
Mungkin juga. Semakin berkembang kebudayaan, semakin banyak yang harus diidentifikasi, dibedakan, maka diperlukan semakin banyak kosa kata. Begitu juga dengan makanan. Semakin rumit dipersiapkan, disajikan, dan dinimkati, semakin banyak kosa kata yang diperlukan.
Rasanya, sebenarnya kita di Nusantara ini juga memiliki beragam kosa kata tentang kuliner. Sekian ratus suku bangsa yang ada di kepulauan ini mengembangkan budaya kuliner dan juga bahasa terkait. Orang Minang konon membedakan antara ‘sambal’ dan ‘sambal’ (cmiiw).1 Sementara itu, menurut saudara-saudara di ujung Sulawesi sana, jika diuleg maka menjadi rica-rica dan jika dipotong saja maka disebut dabu-dabu.
Kosa kata itu terentang mulai dari bahan, peralatan, tatacara penyiapan/pengolahan, penyajian, serta tata cara dalam makan.
***
Berikut beberapa yang nyangkut di ingatan.
bagibung (sasak) – kembul, kembulan (jw)
makan bersama
besek (jw)
tempat makanan berbentuk bujursangkar dari anyaman bambu. Sebelum nasi kotak populer, besek digunakan untuk mewadahi makanan itu. Populer juga untuk membawa makanan dari upacara selamatan.
bungkus – kotak
Nasi bungkus, makanan yang diidentifikasi dari bahan karbohidrat dan cara penyajian, praktis untuk keperluan massal seperti kerja bakti. Nasi kotak, yang diwadahi dengan kardus berbentuk kotak, juga populer untuk acara yang lebih ‘terhormat’ seperti rapat atau seminar.
cobek, cowek (jw)
bersama munthu, merupakan alat menghaluskan bumbu yang berpasangan. Cowek berbentuk piringan terbuat dari kayu atau batu dengan ukuran mulai yang kecil untuk ukuran seorang hingga setengah meter seperti pada penjual gado-gado. Berkait dengan peralatan ini, muncul makanan dengan sebutan “uleg”, yang barangkali karena disertai dengan sambal yang diuleg dengan cobek-munthu.
panggang – bakar – asap
Sate, sebenarnya dipanggang ataukah dibakar? Sementara itu, sei, daging asap dari NTT sangat terkenal sebagai olih-oleh dari Kupang meskipun konon asalnya tidak dari kota tersebut.
penyet (jw)
Di warung tenda di Yogya muncul pertama sebagai tempe penyet, yaitu tempe yang ditekan dengan munthu pada sambal di atas cobek. Setelah itu muncul yang lain hingga telur penyet.
pincuk – sudhi – conthong – takir – tum
Beragam cara membungkus makanan, terutama dengan daun pisang. Sudhi dan takir banyak diperlukan dalam upacara selamatan, maka muncul varian dengan menggunakan karton bukan daun.
racik – ramu
rajang – cincang – iris
rames
suwir (jw)
cabikan kecil daging. Membeli gudeg paket ekonomis dapat meminta lauk ayam suwir, bukan potongan paha atau ayam utuh.
uleg – pipis – kosek – korek
tumbuk – keprek
***
Sebagaimana lazimnya unsur budaya, kosa kata berkait dengan kuliner juga mengalami pasang surut. Kadang produktif, kadang hilang. Terkadang muncul pula kata baru, baik bentukan baru atau pinjaman. Oleh karena itu, kadang beberapa kata terasa asing, beberapa yang lain terasa akrab di telinga.
Mengenali kata-kata tersebut (menggalinya, menginventarisasi, mempopulerkan kembali) dapat membantu kreativitas kita dalam kuliner. Kayaknya … [z]
Baca juga
Catatan Kaki
- Di Belanda saya lihat terdapat ‘sambal kaas’, yaitu keju dengan biji-biji lombok di dalamnya! [↩]