Tambal Ban
\
Rupanya motor saya tidak tahan alem.1 Baru dua-tiga hari yang lalu saya bilang ke tetangga bahwa motor saya ini bagus tenan karena sudah lebih dari setahun saya tidak menambal bannya sama sekali, tiba-tiba tadi pagi aleman. Ban belakang kempis seketika. Alhasil saya harus menuntunnya ke tempat tukang tambal ban membuka praktik.
Mulanya saya tertarik pada alat pemanas ban yang cekli, hanya setinggi sekitar 25 cm. Bagian bawah menggunakan elemen dan plat bekas seterika. Papan penekan agar ban tertekan (dipres, maka disebut tambal ban pres) didorong oleh ulir halus dengan pemutar di bagian atas yang bagus, seperti bunga atau seperti cetakan kue kembang goyang. Menurut si mas tukang, benda pemutar tersebut–yang biasanya tukang tambal ban hanya menggunakan semacam tangkai setang–menggunakan bekas pemutar keran pada perangkat las karbit.
Tidak menggunakan minyak dan api, alat tersebut menggunakan listrik. Di bagian ujung kabel, dekat seteker, terdapat kotak yang dipasangi pengatur waktu. Oleh karena itu, si mas tukang tidak perlu menunggu njengkruk selama proses pemanasan ban.
Setelah ngobrol sana-sini dengan si penambal ban, ternyata ia bukan orang sembarangan. Menurut pengakuannya, si mas satu ini adalah seorang sarjana! Ia memang bukan tukang tambal ban belaka. Profesi itu hanya sampingan di samping bisnisnya yang lain. Posisi bengkel kerjanya yang berada di pinggir jalan memang membuka peluang untuk tambal ban.
Ia melupakan ijasah sarjana karena sejak mahasiswa telah senang otak-atik dan kemudian merintis bisnis yang ditekuni hingga sekarang. Alat pemanggang ban ciptaannya itu pun telah beberapa kali ia buat karena laku dibeli oleh orang yang kebetulan mampir menambalkan ban padanya.
Sekitar dua tiga hari yang lalu, seorang pelawak bule dalam satu acara stand up comedy yang ditayangkan salah satu televisi swasta dari Jakarta. Menurut bule yang berjender cewek ini, cowok Indonesia manja lebih manja dari pada ceweknya. Hal itu terjadi karena pada usia 27 tahun ia masih minta uang pada orang tuanya! Wah, si mas tukang ini mesti diacungi jempol oleh si mbak bule karena telah bekerja sembari kuliah, meski tidak di bidang yang sama.
***
Mbak bule itu sebelumnya mengemukakan bahwa cewek Indonesia manja. Ia bandingkan dengan cewek di negara asalnya yang merasa harus menguasai obeng besar untuk membetulkan sendiri kerusakan perabot atau peralatan di sekitarnya tanpa menyuruh orang lain.
Saya memang menyaksikan betapa tangkasnya cewek-cewek bule. Di Amsterdam beberapa kali saya melihat cewek bule memperbaiki sendiri sepedanya ketika ban sepedanya bocor. Saya bayangkan, cewek di Indonesia, juga cowoknya, pasti mencari tukang tambal ban untuk mengatasi masalah lubang teramat kecil itu. Di akhir 90-an dulu saya juga menambalkan ban jika sepeda saya bocor, sebelum sepeda itu hilang, dulu….
Tetapi sekarang, jauh sebelum mrangguli cewek bule nambal ban itu, saya sudah mengganti sendiri ban sepeda anak saya. Saya kemudian juga membeli seperangkat alat tambal ban sepeda seperti yang digunakan mbak bule itu, yang kemesak2 seringkas kotak rokok.
Nah. Sambil nunggu mas tambal ban melakukan tugas dan kewenangannya, saya ingat kepada salah satu kota sepeda di Eropah, Amsterdam. Akhir-akhir ini banyak anak muda mengendarai motor (oto-) matik di kota sepeda itu. Umumnya, pengendara motor yang melaju di jalur sepeda itu adalah cowok.
Saya berandai-andai: apa yang terjadi jika ada cewek Belanda kebanan alias menderita ban motornya bocor. Apakah mereka juga memiliki perangkat portabel untuk tambal ban motor? Jika tidak, di mana di seputar Amsterdam terdapat tukang tambal ban motor?
***
Barangkali mas penambal ban itu perlu berinovasi membuat alat tambal ban pres yang cemangking, sehingga kita bisa menukangi sendiri ban bocor.3 Mungkin kayak alat toaster pemanggang roti tawar itu. Prinsipnya kan mirip. Roti dijepit dengan pemanas.
Nah, dengan toaster ban yang cemangking ini, jika sewaktu-waktu ban bocor pengguna tinggal mencari colokan listrik dan masukkan ban yang telah ditempeli pelekat ban. Jika siap maka ban akan melompat keluar.[z]
Catatan Kaki