Ketupat atawa Kupat
Menjelang lebaran, semua media massa, toko, hingga perkantoran memasang gambar atau replika ketupat. Diperbicangkan juga bahwa di rumah-rumah disediakan (nasi) ketupat sebagai hidangan menyambut lebaran. Sebenarnya, bagaimana asal-usul dan hubungan ketupat dengan lebaran?
Dulu sewaktu kecil sering mudik lebaran ke desa simbah di salah satu wilayah bekas Vorstenlanden, saya menyaksikan bulik memasak ketupat dan entah sayur apa. Makanan tersebut kemudian dibagi-bagikan kepada tetangga. Acara yang diselenggarakan seminggu setelah lebaran itu disebut ‘bakda kupat’, atau lebaran ketupat.
Sekarang, saya lebih menyaksikan kepungan ketupat dalam rangka komersial. Media massa yang banyak menggantungkan nasib pada iklan komersial membanjiri kita dengan image ketupat.
Memang, di depan pasar-pasar berderet perajin ketupat betulan. Diberitakan di koran bahwa mereka dapat berpenghasilan hingga 800.000 rupiah dalam dua hari, h-1 dan hari lebaran. Satu selongsong ketupat dijual seharga 600 rupiah.1
Memang, ibu mertua juga berpesan untuk menyambut lebaran kali ini dengan memasak apa saja asal menyertakan ketupat sebagai ‘nasi’-nya. Beberapa tahun terakhir keluarga mertua memasak soto banjar yang menggunakan ketupat untuk hari raya yang satu ini. Saya berpikir untuk mengusulkan kupat tahu sebagai menu lebaran tahun depan.
Akan tetapi, kenyataan keseharian saya menjumpai kebiasaan yang agak berbeda. Tinggal di desa, rasanya tidak ada tetangga yang memiliki kebiasaan masak kupat pada hari lebaran. Ibu saya biasanya memasak ikan air tawar pada lebaran tahun-tahun yang lalu. Seiring dengan agak sulitnya mendapatkan ikan, menu lebaran berganti dengan daging sapi.2
Penjual kupat tahu pun sudah jarang terlihat di sekitar tempat tinggal saya meskipun konon kupat tahu dari Magelang cukup dikenal, beberapa kali muncul di acara wisata kuliner di televisi. Pun beberapa warung makanan ini di beberapa kota mencantumkan atribut ‘Kkupat Tahu Magelang’ atau ‘Kupat Tahu Blabak’, atau ‘Kupat Tahu Muntilan’. Tetapi, di pertigaan di dekat rumah malah seorang penjual mie ayam selalu mangkal setiap lebaran. Ya, hanya setiap lebaran sehingga kadang kami merayakan hari istimewa itu dengan makan mi ayam bersama.
Makanan yang sekarang kelihatannya wajib disuguhkan kepada tetamu di hari lebaran pun bukan ketupat. Nastar dan kastengel yang dari namanya terlihat berasal dari Negeri Belanda menjadi makanan wajib. Juga terdapat putri salju dan lidah kucing pada setoples plastik bening di atas meja. Mungkin karena mudah dibuat sendiri, atau murah tetapi ‘sudah roti’, yang ‘modern’ dan menggunakan tepung terigu itu …
Sementara itu, terdapat satu makanan lagi yang rasanya benar-benar khas bagi sebagian keluarga di Yogyakarta, khususnya yang sholat ied di Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta. Makanan tersebut adalah sate gajih, yaitu sate yang terbuat dari lemak sapi. Bau sate ini saat dibakar sangat luar biasa. Lebih dari opor atau apapun, makanan ini juga menjadi menu lebaran wajib bagi keluarga besar kami. Sayang, lebaran tahun ini kami telat sampai di penjual yang berada di seberang Museum Kereta Karaton itu. Jadi, tahun ini kami tidak berlebaran dengan sate gajih …
***
Mantan guru saya dulu, Prof. Chamamah dalam hikmah syawalan tadi pagi di panggung terbuka FIB UGM mendefinisikan ‘syawalan’ kurang lebih sebagai ” … acara dengan kegiatan upacara resmi atau santai, dengan hidangan khas …”. Lucunya, Bu Chamamah melanjutkan dengan bertanya, “… hidangan khas itu apa?”
Yang sudah disediakan di belakang sana ya lontong opor, Bu! Acara syawalan yang diselenggarakan fakultas saban tahun ini selalu menampilkan menu yang sama yaitu opor ayam yang disajikan dengan lontong. Bukan ketupat. Secara simbolik beberapa selongsong ketupat dari pita jepang ditampilkan di panggung, digantung pada hadiah yang diundi untuk para tetamu.
***
Eh, hubungan antara ketupat dan lebaran juga tercermin dalam satu parikan (pantun Jawa): Kupat nganggo santen, menawi lepat nyuwun pangapunten.
Minal aidin wal faidzin. [z]
Catatan Kaki
- Seharian kemarin kami penasaran untuk dapat menganyam ketupat (lagi). Setelah berguru kepada youtube barulah ketupat dari pita plastik dapat kami buat. [↩]
- … dan saya masih terbayang rasa ikan masakan ibu saya itu. Hal semacam ini yang mungkin membuat orang rela repot-repot mudik ketika lebaran tiba. [↩]