Informasi di Balik Objek
Bagi museum, objek atau benda koleksi, benda pamer, merupakan hal penting, yang menjadi fokus kegiatan. Akan tetapi, benda saja tidak cukup. Tidak jarang terdengar keluhan dari para pengunjung pameran tentang sedikitnya informasi yang disediakan tentang objek tertentu di museum.
Keterangan atau penjelasan tentang objek dapat dicari antara lain dari objek itu sendiri. Bagaimana bentuknya, ciri-ciri fisik, gaya, dan sebagainya. Seorang kurator akan dapat mengungkap banyak cerita dari benda berdasar kenampakan fisik dan berbagai unsur penyusun benda. Semakin kompleks suatu benda, baik tampilan maupun unsur penyusunnya, maka akan semakin banyak cerita yang dapat digali. Sebaliknya, semakin kecil suatu benda dan semakin sederhana benda tersebut maka akan semakin kecil pula potensi interpretasi yang dilakukan terhadapnya.
Sumber lain yang sering terlupa adalah yang disebut dengan provenance dan provenience. Provenance digunakan untuk menyebut data berkait dengan pembuat dan pemilik, sementara provenience lebih digunakan oleh kalangan arkeologi untuk menyebut konteks suatu objek seperti tempat penemuan.
Dengan provenance dan provenience, museum menghargai sejarah suatu objek. Benda tidak dengan sendirinya datang ke museum dan bahkan mungkin telah mengalami berbagai peristiwa baik yang terekam dalam objek (misalnya dengan pengecatan ulang, penambahan atau pengurangan fitur, atau ciri-ciri yang tidak disengaja misalnya luka pada permukaan objek) maupun yang tidak tergambar sama sekali pada objek sehingga diperlukan dokumen, pengakuan, dan berbagai hal yang berasosiasi dengan objek tersebut. Beberapa ahli museum menyebut segenap peristiwa yang pernah terlibat tersebut sebagai biografi objek. Cerita dan kejadian yang menyangkut suatu objek sebelum datang ke museum itu dapat mempengaruhi interpretasi atas benda tersebut.
Maka, benda dengan potensi cerita atau interpretasi yang besar akan semakin berharga bagi museum. Lembaga kebudayaan ini tidak banyak berkait dengan nilai intrinsik yang dikandung oleh benda. Benda dengan ‘nilai cerita’ yang besar akan dapat mengimbangi nilai intrinsik dari bahan berharga misalnya emas atau perak.
***
Berdasar hal-hal tersebut di atas, “miskinnya” keterangan tentang objek mungkin diakibatkan dari kurangnya riset terhadap benda, juga karena museum tidak menganggap penting dan tidak mendokumentasikan hal-hal seperti asal-usul benda, sejarah penggunaan benda, hingga bagaimana benda tersebut masuk ke museum.
Selain penting bagi sejarah objek, pencatatan hal-hal seperti proses masuk ke museum juga dapat menjadi salah satu bahan bagi sejarah museum. [z]