Jejaring Museum
[]
Diakui atau tidak, sumber daya museum cukup terbatas. Tidak semua museum dapat melaksanakan kegiatan utamanya meskipun secara minimal: koleksi, konservasi, pameran, dan edukasi. Belum lagi jika kegiatan tersebut dikembangkan dalam konteks peran sosial museum: pelayanan kepada masyarakat secara spesifik. Maka akan sangat besar sumber daya yang dibutuhkan.
Museum-museum dapat menjembatani kekurangan tersebut dengan mengadakan jejaring. Organisasi-organisasi museum dapat berperan ke dalam urusan teknis seperti pemasaran bersama atau konservasi bersama. Selama ini beberapa organisasi museum telah menyelenggarakan kegiatan bersama, misalnya Barahmus DIY yang setiap tahun menyelenggarakan pameran bersama.
Berbagi sumberdaya
Beberapa museum diselenggarakan dalam satu organisasi besar. Universitas misalnya, dapat menyelenggarakan berbagai museum yang terletak di berbagai lembaga di bawahnya, misalnya di fakultas. Jejaring di antara mereka dapat sangat bermanfaat untuk menanggulangi sumber daya yang terbatas.
Boleh jadi model yang dibangun adalah terdapat satu lembaga yang mengkoordinasi museum-museum anggota dan kemudian melayani kebutuhan anggota untuk berbagai hal. Koordinasi semacam ini mirip dengan satu dinas pada pemerintah daerah yang mengelola berbagai museum.
Model lain adalah semua ‘museum anggota’ bekerjasama. Masalah konservasi dan pemasaran misalnya, dapat diusahakan bersama. Semacam pusat pelayanan museum dapat dibangun untuk melayani semua museum anggota. Jika tidak, model ketiga adalah masing-masing museum dapat mengkhususkan diri pada bidang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan museum lain.
Pusat informasi
Satu museum dapat menjadi tempat layanan informasi bagi museum-museum lain. Museum-museum dapat saling bertukar perangkat informasi untuk dibagikan kepada pengunjung. Maka di museum A akan terdapat informasi untuk museum B, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat digunakan untuk menjaring pengunjung lebih banyak dengan biaya yang lebih efisien.
Informasi ini dapat berupa penyediaan liflet, brosur, dan perangkat publikasi lain dari setiap museum. Cara lain adalah dengan menyediakan replika koleksi dari masing-masing museum anggota. Mengingat upaya terakhir ini cukup mahal, maka replika tersebut dapat disediakan di museum yang menjadi visitor center bagi jejaring museum yang ada.
Jaringan ‘cerita’
Museum-museum juga dapat mengembangkan tema cerita bersama. Koleksi dan pameran yang sedang dilakukan oleh masing-masing museum dirangkai ulang dalam cerita yang bersambung dari satu museum ke museum lain. Pengunjung akan mendapatkan panduan yang akan digunakan untuk berkunjung dari satu museum ke museum lain dengan tema tertentu yang telah ditetapkan dalam panduan. Ia dapat langsung menunju ke ruang tertentu, pameran tertentu, atau vitrin tertentu untuk mengunjungi objek yang relevan dengan tema, dan kemudian akan pergi ke museum lain sesuai panduan untuk mendapatkan objek yang lain.
Pengembangan tema-tema baru yang berada ‘di atas’ tema yang telah dikembangkan oleh masing-masing museum akan dapat menambah ‘keterbacaan’ objek dan pameran. Upaya ini sekaligus juga menambah jumlah kunjungan karena tema semakin banyak berarti akan semakin banyak pula pengunjung yang dapat terlayani minatnya. [z]