Tahun Baru (Lagi)
\
Sering saya ditanya, seperti apa perayaan tahun baru di Indonesia. Pusing juga menjawabnya. Pasalnya, di Indonesia banyak tahun baru. Terdapat beragam kalender yang dimiliki oleh beragam etnis di negeri ini.
Jika saya pilih tahun Masehi, mungkin jawabnya lebih gampang: orang-orang muda pada keluar ke jalan muter-muter di kota, bikin macet. Menyalakan kembang api. Di Jakarta diselenggarakan pesta di beberapa ruas jalan utama. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjadi penyelenggara dengan dana satu miliar untuk acara yang disebut Jakarta Night Festival tersebut.1
Atau membakar jagung.
Penjual jagung tahun ini saya lihat tidak hanya terpusat di Pasar Sentul, tetapi juga hingga trotoar di Sayidan.
***
Hanya itu? Mungkin yang “mainstream” adalah merayakan semacam itu. Di luar itu, ada sikap-sikap resisten. Sepulang dari kampus, saya melewati serombongan mahasiswa berdemonstrasi, kelihatannya menentang perayaan tahun baru. Sepintas mampir ke telinga suara dari megaphone yang mereka bawa, bahwa nanti malam ada banyak anak muda melepaskan lajang. Maksudnya, keperawanan. Koran Merapi memberitakan bahwa karet kontrasepsi laris manis di berbagai minimarket.
Di rumah, saya baca koran pagi, atau mungkin dari hari sebelumnya, bahwa pemerintah di Aceh melarang perayaan dan menyita petasan dan kembang api.2 Walikota Surabaya juga tidak merayakan dengan kembang api, tidak ada anggaran untuk itu, dan memilih untuk bergabung dengan masyarakat dengan cara lain.3
Sementara itu, warga Yogyakarta sedang berduka. Adik sultan meninggal dunia. Kediaman beliau dekat dengan alun-alun utara yang sedang digunakan untuk pasar malam yang biasanya menjadi salah satu pusat keramaian menyambut tahun baru. Konon ada himbauan melalui media sosial agar warga Yogyakarta tidak menyalakan petasan dan kembang api karena suasana berduka itu.
Tetapi, tetap saja suara petasan dan kembang api terdengar sekitar pukul 11.45 hingga 00.30.
***
Yang lebih moderat, kelihatannya, menyelenggarakan renungan akhir tahun. Pagi hari kemarin saya lihat berbagai spanduk dan baliho di pinggir jalan yang mengiklankan acara ‘muhasabah‘ tahun baru di beberapa masjid dan event. Acara yang lebih besar juga digelar di Jakarta, di Masjid At-Tien, yang dihadiri juga oleh menteri.
Muhasabah, adalah menghitung, introspeksi menjelang tahun baru.
***
Saya sendiri: tidur menemani anak saya yang ketakutan mendengar suara petasan atau kembang api. [z]
Catatan Kaki
- http://www.koran-sindo.com/node/354663 akses 2-1-14 [↩]
- atau lihat http://news.liputan6.com/read/788615/aceh-larang-rayakan-tahun-baru-terompet-dan-kembang-api-disita?news.trkn akses 2 Januari 2014 [↩]
- http://rri.co.id/index.php/berita/84535/-Walikota-Pilih-Interaksi-Dengan-Warga-Sambut-#.UsT7U6HJDw0 akses 2 Jan 14 [↩]