Pemilu atawa Memilih Caleg
\
Minggu-minggu ini atmosfer Indonesia dilingkupi gegap gempita para caleg yang mengiklankan diri agar dipilih oleh para warga di dapilnya. Beragam cara yang mereka lakukan, meskipun kebanyakan yang terlihat adalah memajang foto-foto manis mereka, atau dimanis-maniskan, dengan poster besar dan kecil di pinggir-pinggir jalan. Sebagian melakukan iklan di media massa, sebagian lagi melakukan cara aneh-aneh seperti memijit kaki para calon penumpang bis di terminal.
Rasanya setiap warga yang berhak memilih akan berhadapan dengan sekitar tiga ratus orang calon anggota legislatif, alias mereka yang berkontes di ajang pemilu ini. Memilih empat orang dari ratusan nama itu tentu tidak mudah. Daftar nama juga tidak gampang didapat (situs KPU daerah yang saya intip ternyata tidak menyediakan data caleg alias kosong … ), apa lagi untuk mendapatkan data yang lebih rinci. Bahkan, konon ada caleg yang menolak dipublikasikannya profil dirinya.1 Sementara banyak saran untuk menelusuri rekam jejak caleg. Lah, kami lantas harus menelusuri dengan cara apa? Bagaimana cara kami memilih orang yang kami percaya untuk duduk di parlemen mewakili kami?
Untunglah ada beberapa situs yang entah siapa pengelolanya yang memajang data para caleg meskipun serba sedikit.
Dari ratusan nama di dapil tempat saya tinggal, rasanya hanya tiga orang yang saya kenal. Mereka ini teman sekolah atau ketika kuliah dulu. Entahlah, apa saya harus memilih mereka karena merekalah yang (paling) saya kenal.2 Selebritas kali ini tidak ada yang nyaleg di dapil ini dan pesohor lain kelihatannya juga tidak ada.
Melintas di jalan lingkar di Purworejo pagi tadi, di tengah berjubelnya poster yang mengharap atau menyaran seseorang atau partai tertentu untuk dipilih, ada poster kecil yang menyarankan sebaliknya: jangan pilih caleg dengan kriteria tertentu. Poster yang kelihatannya dipasang oleh pecinta pohon ini menyarankan untuk tidak memilih caleg yang memasang poster kampanyenya dengan memaku ke pohon.
Rasanya menolong juga memilah dengan cara terbalik ini: mulai dengan mencoret caleg yang tidak kita ingini duduk di parlemen. Banyak kriteria yang dapat diterapkan untuk ini jika kita menguping pembicaraan para komentator di televisi atau di media lain. Atau googling dengan kata kunci “caleg tak layak pilih” dan sebangsanya.
Semoga pemilu mendatang berjalan damai dan lancar. [z]
Catatan Kaki