Ngapain Saja di Yogya
/
Yap. Ngapain saja di Yogya. Apa yang dilakukan jika berada di Yogya?
Bagi kami, di Yogya adalah hidup. Makan, bekerja, tidur… Namun, bagi pendatang yang disebut turis atawa wisatawan, yang menurut kamus pariwisata adalah “orang yang bepergian tidak untuk mencari nafkah alias tidak untuk penghidupan”, ngapain?
Tentu banyak hal yang dapat dilakukan oleh para wisatawan. Tengok situs-situs biro travel yang menawarkan berbagai kegiatan untuk dinikmati. Lihat pula blog para ‘travel writer’ atau para pelancong-penulis amatiran. Banyak hal menarik yang mereka sampaikan. Saya sendiri, yang nyaris sepanjang tahun berada di kota ini, sebenarnya bingung jika ditanya ‘apa yang dapat dikunjungi di Yogya’.
Banyak objek wisata yang “mainstream” seperti berbagai pantai, dan monumen. Namun banyak juga hal-hal tersembunyi yang dapat dicoba. Berbagai desa wisata mencoba menawarkan keunikan. Banyak pula keunikan yang justru tidak disadari oleh para penduduk setempat. Coba kita lihat daya tarik Yogyakarta dari tiga kategori: what to see, what to do, dan what to buy.
Lihat-lihat
Alam Yogyakarta menawarkan berbagai hal, terutama puluhan pantai di sisi selatan, pegunungan agak ke tengah dengan berbagai luweng dan gua, waduk, dan sisa-sisa gunung api, serta Gunung Merapi di ujung utara. Banyak yang telah dikembangkan, seperti Pantai Parangtritis, Gua Pindul, Gunungapi Purba Nglanggeran, Waduk Sermo, hingga kawasan dingin Kaliurang di lereng Merapi.
• Baca juga: Jembatan Duwet.
Dari sisi budaya tangible, monumen dan relik, di kawasan Yogyakarta terdapat banyak peninggalan dari masa Prasejarah hingga Kolonial. Peninggalan prasejarah di Gunungkidul, meski belum dikembangkan, cukup menarik untuk dikunjungi. Dari masa Klasik terdapat berbagai candi terutama di kawasan Kabupaten Sleman di kaki Gunung Merapi. Yang paling besar adalah kompleks Prambanan, yang terdiri atas ratusan bangunan candi, mulai dari Candi Sewu di Utara hingga Ratu Boko di selatan.
Pada masa Islam terdapat situs bekas keraton Mataram di Kotagede, Plered-Kerto, dan Keraton Yogyakarta tentunya. Di samping itu masih terdapat berbagai sarana seperti (bekas) pesanggrahan, dalem, dan tata kota lama. Tamansari adalah salah satu peninggalan yang terkenal, juga Puro Pakualaman.
• Baca juga: Potensi Wisata Njeron Beteng.
Pada masa Kolonial terdapat berbagai bangunan lama terutama di kawasan kota, seperti di Kilometer Nol, Kotabaru, Bintaran, dan Jetis. Benteng Vredeburg dan Gedung Agung mewakili bangunan-bangunan itu. Pada masa tersebut juga berkembang pemukiman Tionghoa, yang dapat dilihat di sekitar Malioboro, terutama kawasan Ketandan di utara Pasar Beringharjo.
Museum juga menyajikan peninggalan sejarah serta budaya Yogyakarta. Terdapat tidak kurang dari tiga puluh museum di Yogyakarta, dengan Museum SOnobudoyo sebagai museum tertua di sini, kemudian terdapat juga Museum Dirgantara dengan berbagai pesawat tempur. Berkait dengan museum adalah Kebun Binatang Gembira Loka yang sekarang menyebut dirinya GL Zoo, dan Taman Pintar sebagai tempat pembelajaran sains.
• Baca juga: Museum di Yogyakarta
Dari sisi budaya takbenda, atau intangible, terdapat berbagai pertunjukan kesenian, event, serta budaya keseharian yang menarik untuk diamati. Di keraton secara rutin digelar pertunjukan, yang bergantian dari wayang kulit dan tari, juga kerawitan. Tiga kali setahun diadakan upacara besar yang disebut garebeg.
Di kawasan Prambanan terdapat pertunjukan sendratari, yang mengambil inspirasi cerita Ramayana seperti tertera pada dinding percandian Lara Jonggrang. Dalam versi yang pendek, sendratari Ramayana juga terdapat di kompleks Purawisata. Jika menghendaki melihat wayang kulit, selain mungkin akan menemukan digelar pada upacara adat–seperti rasulan di Gunungkidul–kita juga dapat melihatnya dalam versi ringkas di Museum Sonobudoyo.
Musik dan teater modern juga dapat dicari di Yogyakarta. Terdapat Taman Budaya belakang Benteng Vredeburg, yang sering digunakan untuk menggelar pertunjukan seni dan teater. Pasar Burung Ngasem, sekarang sebagian telah disulap menjadi plaza. Sering digelar pertunjukan di tempat tersebut.
Pameran lukisan sering diselenggarakan di kota ini. Berbagai galeri bertebaran di samping beberapa museum seni. Taman Budaya, Bentara Budaya, Jogja Gallery, Jogja National Museum, Galeri Cemeti, Kedai Kebun, Museum Affandi, hanya sebagian dari venue pameran lukisan.
Untuk budaya keseharian, kita dapat melihat budaya agraris di pedesaan. Petani mengelola sawah, misalnya. Di Bantul terdapat pengolahan mie tradisional yang dapat juga dikunjungi. Pasar tradisional juga menarik untuk dikunjungi. Terdapat pasar hampir di setiap kecamatan di Yogyakarta, namun Pasar Beringharjo sebaiknya tidak dilewatkan.
Tidak hanya rutinitas sehari-hari, terdapat juga kegiatan yang dilakukan masyarakat secara berkala pada waktu tertentu. Jika kebetulan berada di kota ini dalam rangka mudik lebaran, maka malam idul fitri kita boleh jadi akan dapat menikmati arak-arakan takbiran. Anak-anak dari masjid-masjid berkeliling kampung dengan berbagai atribut dan lampion. Lumayan untuk dilihat sambil mempersiapkan diri menyambut kemenangan esok paginya. Selain pada malam idul fitri, takbiran juga dapat ditemui pada malam idul adha. Spot favorit saya untuk melihat pawai itu adalah seputar Ngabean dan Gerjen, di sebelah barat alun-alun keraton.
Baca juga:
Coba-coba
Dari sisi “what to do”, kita dapat belajar membatik di kawasan Tamansari, membuat cincin perak di Kotagede. Bersepeda keliling kota, maupun menjelajahi desa-desa di sekitar Yogyakarta cukup menarik. Di berbagai desa wisata, pengelola menawarkan pengalaman untuk mengelola sawah, seperti membajak, menanam padi, dan sebagainya.
Nongkrong di warung dan resto termasuk ke dalam kegiatan yang dapat dilakukan. Terdapat berbagai warung legendaris yang menjadi jujugan baik wisatawan maupun warga setempat. Makanan yang disajikan mulai dari nasi kucing, kopi, bakmi, hingga steak.
Alun-alun selatan juga menjadi tempat nongkrong. Jika di malam hari terdapat banyak penjual jagung bakar, di pagi hari terkenal dengan lontong opor dan bubur ayam, terutama di minggu pagi. Para warga berolah raga di minggu pagi, sementara para wisatawan mencoba keberuntungan dengan masangin, berjalan di antara dua pohon beringin dengan mata tertutup. Sepeda hias dengan lampu kelap-kelip juga dapat disewa untuk berkeliling alun-alun ini.
Belanja-belanja
What to buy? Malioboro menjadi pusat cendera mata untuk wisatawan. Kemudian, berbagai perusahaan batik yang bertebaran di seluruh provinsi, terutama di kota, di Bantul, dan Kulonprogo, menyediakan kain tradisional dengan kualitas yang baik dan harga yang relatif terjangkau. Namun, harap memahami dahulu apa yang disebut batik, karena tidak semua “batik” dikerjakan dengan malam dan dicelup ke pewarna. Di kawasan Tamansari kita dapat menjumpai batik lukis, kreasi modern dalam bentuk kaos serta hiasan dinding. Mereka masih mengerjakan dengan teknik batik dan umumnya juga membuat motif tradisional.
• Baca juga: Kasta Batik
Masih dari sisi kriya, Kotagede yang merupakan salah satu kecamatan di Kota Yogyakarta terkenal dengan kerajinan perak. Berbagai kios seni dan bengkel kerajinan di tempat tersebut menjual barang dari perak.
Gudeg menjadi andalan untuk dibeli para wisatawan selain bakpia. Pusat penjualan gudeg ada di daerah Wijilan, yaitu di sebelah timur Alun-alun Utara, serta di utara kampus UGM Bulaksumur. Bakpia, yang sering diincar wisatawan adalah di wilayah Pathok. Namun, percayalah, terdapat banyak penjual bakpia lain yang juga berkualitas di kota ini, juga beragam jenis makanan lain.
Kaos, terutama yang bermerek “Dagadu” cukup legendaris sebagai cendera mata. Selain merek tersebut yang sepertinya hanya disediakan di tiga gerai, terdapat banyak penjual kaos khas Yogyakarta berbagai merk di seputar keraton.
Baca juga: Oleh-oleh
… dan lain-lain!
Daftar itu tentu belum berakhir, karena selalu muncul yang baru. Mahasiswa D-3 Kepariwisataan dan atau S-1 Pariwisata yang bertemu saya baik dalam bimbingan tugas akhir atau dalam perkuliahan, dulu, selalu datang dengan ide-ide segar tentang pengembangan destinasi wisata di Yogyakarta.
Selamat datang di Yogyakarta! [z]