17-an
\
Tadi Pak RT memerintahku untuk menyampaikan sesuatu pada malam tirakatan tujuh belasan nanti.
Bingung juga.
Khalayak yang akan mendengarkan nanti bukanlah khalayak tradisional saya, yaitu para mahasiswa. Topiknya pun bukan topik alami saya yang biasanya soal arkeologi, museologi, dan sebangsanya.
Pokoknya saya harus berbicara tentang kemerdekaan bagi para tetangga yang umumnya adalah para petani atau pekerja di bidang bangunan.
—mikir dan browsing—
Rasanya semua yang dikemukakan di laman-laman Internet dapat diringkas menjadi dua hal. Pertama adalah berbuat baik. Berbuat baik terhadap orang lain, berbuat baik terhadap alam, terhadap diri sendiri. Yang kedua, adalah menunjukkan prestasi. Menunjukkannya kepada masyarakat sekitar, masyarakat Indonesia, juga kepada bangsa-bangsa lain.
Jadi, sebenarnya jika tidak berbuat negatif, tidak merusak, apakah berarti kita telah mengisi kemerdekaan? Setidaknya, berbuat tidak baik hanyalah mengambil alih peran penjajah. Kita menjajah orang lain dengan niat dan perilaku kita.. Begitu kira-kira.
Modal yang digunakan untuk kedua hal tersebut dapat diambil dari nilai-nilai agama juga nilai-nilai budaya. Etos yang digunakan adalah temen atau bersungguh-sungguh, menghargai, dan berhati-hati.
Kita bekerja sebagai sistem. Masing-masing merupakan satu skrup pada sebuah mesin. Peran masing-masing skrup adalah sama, tidak ada skrup yang istimewa. Maka, sebagai petani, pegawai, pamong, itu hanya pembagian tugas.
Dalam hal hati-hati itu, Tuhan sudah mengkaruniai kita dengan alam dan segenap sumber daya yang melimpah. Berbuat baik kepada alam berarti menjaga kelestariannya, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Prinsip pelestarian dan pemanfaatan membuat kita harus berhati-hati dalam mengelolanya.
–mikir lagi–
Hal lain yang sering dikemukakan adalah bahwa kemerdekaan telah dicapai dengan susah payah. Jadi, kita tidak boleh mengabaikannya. Kita harus menghargai mereka yang susah payah itu.
Pak RT-ku sendiri menyampaikan bahwa dulu kemerdekaan dicapai dengan bekerjasama dan rukun, jadi kita sekarang juga harus kompak … untuk kerjabakti misalnya. Jadi, berdasar logika tersebut saya pikir kita perlu melihat apa landasan para pejuang itu, kemudian menggunakannya untuk keperluan sekarang.
–mikir lagi–
Kira-kira begini sajalah. [z]