Bahasa Lebay
\
Bahasa lebay, barangkali dalam istilah teknis perbahasaan disebut pleonasme. Di media massa, terutama dalam straight news yang harus cepat menyajikan berita ke publik, sehingga mungkin tidak sempat mengedit dengan ketat, gaya bahasa semacam ini sering kita temui. Contohnya adalah judul berita “Pria Bersenjata Lepaskan Tembakan dalam Kereta Api Eropa”. Ya iyalah, yang melepas tembakan adalah mesti seorang yang bersenjata.
Pada peristiwa tragis yang baru-baru ini terjadi, salah satu media menulis “Ini Curhatan Teman Dita, Pramugari Cantik Trigana Air”. Perasaan pramugari di Indonesia mesti cantik deh.
Entah apa yang dituju oleh penulis berita dengan membuat gaya pleonasme semacam itu. Untuk kasus yang kedua kelihatannya terdapat upaya menonjolkan tragedi: cantik namun menjadi korban.
Sejalan dengan ini adalah gaya yang rasanya bukan pleonasme melainkan lebih kepada provokasi. Misalnya, selalu menyebut mobil yang disita aparat penegak hukum selalu mobil mewah, atau yang digeledah selalu rumah mewah, selingkuhan selalu disebut cantik.
Mungkinkah ragam bahasa jurnalisme semacam itu merupakan cerminan kondisi tertentu masyarakat kita (… dan kondisi apakah itu?) [z]