Durian atawa Duren
Heran juga memgetahui kegilaan teman-teman saya, sebagian saja tentunya, pada buah yang disebut durian ini. Setidaknya setiap minggu ada saja di antara mereka yang bercerita tentang aktivitas berburu buah berkulit tebal ini.
Rasanya bukan hanya teman-teman saya yang berhobi demikian. Terdapat cukup banyak penggemar buah bau ini, baik sebagai buah asli, menjadi makanan lain seperti lempok dan tempoyak, atau menjadi perasa saja macam di es duren.
Mungkin terdapat beberapa penyebab kegilaan itu. Pertama, buah ini cukup bervariasi sehingga banyak pengetahuan yang muncul darinya, mulai dari klasifikasi hingga ‘katuranggan‘ durian, atawa ciri-ciri fisik durian dan hubungannya dengan rasa atau asal. Maka terdapat sebagian orang yang begitu fasih dapat bercerita tentang jenis-jenis durian, asal, ciri durian masak, dsb.
Mirip dengan akik yang beberapa waktu yang lalu sempat booming dan menempatkan beberapa orang sebagai ahli akik di komunitasnya atawa di kampungnya.
Kedua, kadang membelah durian adalah seperti berjudi. Kadang mendapat buah yang sesuai selera, kadang di atas harapan, namun tak kurang sering adalah yang mengecewakan. Hal ini membuat orang pemasaran dengan duren. Rasanya buah ini jarang dihidangkan dalam bentuk terkupas, namun selalu ada ritual belah duren.
Ketiga, campur petualangan. Memburu durian bukanlah pergi ke supermarket meski di sana biasanya ada durian yang dijamin berasa lezat. Mencari durian berarati pergi ke tempat ‘asli’ durian dihasilkan, seperti ke Purworejo, ke Nanggulan, ke Klaten, dsb.
Keempat, kontroversi menjadi bumbu. Buah ini banyak penggemarnya, namun tidak kurang pula banyak yang ‘menentang’ atau tidak menyukainya. Maka, banyak hotel yang melarang para tamu membawa durian agar tidak mengganggu orang yang tidak menyukainya, atau sensitif terhadap aromanya. Demikian juga di MRT alias sepur bawah tanah di Singapura. Tertempel di dinding interior gerbong-gerbong kereta pengumuman larangan membawa buah itu. Mungkin karena baunya bukan karena tajamnya duri kulit. Meski sebagian orang menganggap aroma buah ini harum, namun sebagian lain menganggapnya sebagai pembuat mual.
Maka tidak ada parfum berbau durian. Kayaknya. [z]
untuk Cah-cah ’87.