Museum sebagai Sumber Belajar
[]
1. Terdapat beragam fungsi museum, mulai dari tempat konservasi, edukasi, hingga rekreasi.
Fungsi edukasi sering dianggap sebagai fungsi utama yang melekat pada museum, di samping fungsi konservasi dan riset. Museum dipahami sebagai institusi terkait dengan pendidikan, dan para pelajar namun, terdapat kecenderungan bahwa masyarakat kurang memanfaatkan museum sebagai sumber belajar, misalnya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
2. Belajar di museum dapat menggunakan koleksi sebagai sumber, baik koleksi yang dipajang di ruang pamer, maupun yang hanya dapat diakses dengan cara lain seperti melalui media Internet atau sistem lain yang disediakan.
Belajar ipteks menggunakan objek dapat dilakukan misalnya dengan mempelajari kandungan pengetahuan dari suatu prasasti. Di salah satu jenis peninggalan masa Jawa Kuno tersebut, dapat diketahui berbagai hal tentang masa lalu, misalnya tentang sistem pertanggalan, sistem sosial, yang kadang secara tidak langsung juga mengetahui teknologi pada masa itu. Misalnya jika disebutkan tentang ikan asin pada prasasti, maka dapat dipelajari teknik yang dilakukan oleh masyarakat pada masa lampau dalam mengolah ikan1. Di museum-museum seni, pengunjung dapat mempelajari sejarah seni, teknik yang digunakan oleh para perupa, atau hal-hal lain yang terkait.
Sementara itu, belajar dapat juga dilakukan melalui pengamatan atas penyelenggaraan dan pengelolaan museum, seperti manajemen, pembuatan pameran, edukasi, cara museum menggunakan berbagai teknologi untuk konservasi atau pameran. Belajar semacam ini dapat dilakukan misalnya oleh para siswa atau mahasiswa PKL atau magang.
3. ‘Pengarusutamaan museum sebagai sumber belajar’ akan berdampak pada berbagai hal, termasuk di antaranya adalah meningkatnya aktivitas museum dalam riset dan pameran. Museum perlu menyediakan ‘jawaban’ atas pertanyaan-pertanyaan masyarakat, atau keingintahuan mereka, akan sesuatu hal, yang barangkali terdapat pada berbagai objek yang dimiliki museum. Konsekuensi dari hal ini tentunya adalah perlunya peningkatan dalam sumber daya manusia, serta aktivitas riset dan edukasi atau pameran.
Upaya ini dapat juga berarti mempertajam sasaran khalayak dari museum. Usia sekolah dapat menjadi prioritas, meski belajar, apalagi secara informal, tidak dibatasi oleh usia.
4. Untuk memenuhi hal itu, museum juga harus berubah dengan memberikan akses yang besar bagi pengunjung untuk menjawab keingintahuan mereka. Tempat yang nyaman untuk belajar, tidak berdesakan, waktu kunjung yang lebih lama, dukungan sumber rujukan, dan penyiapan person yang dapat memberikan edukasi kepada pengunjung.
Museum kemudian juga akan memperkecil ruang untuk ‘sekedar’berwisata, ber-selfie.
5. Jejaring dengan pusat-pusat masyarakat yang memerlukan pembelajaran perlu dibentuk, misalnya dengan sekolah untuk mengetahui keperluan anak didik mereka dalam proses belajar-mengajar yang dapat dibantu oleh museum.
Tidak kalah pentingnya juga adalah promosi kepada khalayak bahwa banyak pengetahuan yang dapat diakses di museum. [z]
>>thrh 916/pnm17
- Terima kasih untuk Mas Trigangga untuk contoh ikan asin ini. [↩]