Museum sebagai Sumber Belajar Siswa
[]
Gagasan museum sebagai sarana belajar sudah tidak asing lagi. Definisi ICOM tentang museum misalnya, mencantumkan tujuan pendirian museum antara lain adalah untuk kepentingan pendidikan. Di dalam pengertian museum, pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan dalam arti luas, tidak mesti merujuk pada pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Maka, memang sering terdapat kendala dalam praksis museum sebagai sumber belajar siswa secara khusus.
Sering terdapat keluhan dari para guru, bahwa sebenarnya terdapat kesadaran untuk membawa siswa ke museum untuk menunjang pembelajaran, namun terdapat berbagai kendala. Pertama-tama, museum tidak menarik untuk dikunjungi. Selain itu, tiket museum kadang bertarif mahal sehingga cukup menyulitkan sekolah untuk membawa siswa berkunjung. Museum juga tidak menyediakan materi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Materi tersebut meliputi objek, label yang mencukupi, dan bahan publikasi yang dapat dibaca sekembali dari museum.
Catatan berikut terinsiprasi dari pertanyaan para guru sejarah pada kegiatan seminar dalam rangka Museum Goes to Campus di UNS, 4 September 2017.
Materi pembelajaran
Satu hal yang perlu disadari adalah bahwa museum tidak didesain untuk langsung memberikan pengajaran kepada siswa sekolah. Target khalayak museum, yang disesuaikan dengan visi-misi, biasanya adalah publik umum. Oleh karena itu, guru dan museum perlu bertemu untuk merumuskan hal-hal yang dapat dilakukan bersama di museum. Pihak museum yang paling ‘bertanggung jawab’ dalam hal ini adalah edukator, yang selama ini cenderung berperan sebagai guide ketimbang sebagai perumus dan pelaksana proses pembelajaran bagi pengunjung.
Guru dapat mengkomunikasikan keperluan mereka berkait dengan pembelajaran di sekolah, yang hendak dicari di museum. Edukator kemudian akan merumuskan dan mempersiapkan materi yang dapat digunakan untuk mencatu siswa yang datang berkunjung.
Kunjungan siswa ke museum tidak mesti mengikuti alur pameran, dari satu ruang ke ruang lain. Edukator dapat memilihkan ruang-ruang yang sesuai untuk keperluan seperti yang telah disepahami dengan para guru.
Bahan publikasi
Keluhan lain adalah sering tidak tersedianya bahan publikasi yang dapat dibawa pulang oleh guru atau siswa agar dapat digunakan di sekolah atau di rumah. Kendala ini harus dipecahkan oleh museum dengan menyediakan bahan yang sesuai (dari sisi isi) dan terjangkau (dari sisi biaya) jKegiatan ika harus diperoleh dengan cara membeli. Banyak museum yang telah membuat penerbitan, namun kadang ditujukan untuk ‘keperluan museum’ karena dicetak terbatas dan kadang dalam biaya yang cukup mahal. Museum perlu memikirkan bahwa keperluan penerbitan tidak hanya untuk dokumentasi dan keperluan lain yang bersifat ‘elitis’ namun terdapat siswa dan para guru yang juga ingin mendapatkan informasi yang memadai dari museum. Oleh karena itu, penerbitan yang murah (kecil, tidak mewah) dapat dibuat agar menjangkau khalayak yang lebih banyak.
Salah satu tipe penerbitan yang terjangkau adalah leaflet, meski karena terbatas ruang cetaknya, maka informasi yang disajikan juga terbatas. Namun leaflet dapat diproduksi dengan mudah dan murah. Guru dan siswa dapat mengumpulkan materi semacam ini pada pameran-pameran yang diselenggarakan yang umumnya menyediakannya dalam jumlah yang besar.
Selain berupa leaflet, di pameran-pameran museum juga sering dibagikan buku secara gratis. Maka, mengunjungi pameran adalah salah satu cara bagi guru dan siswa untuk mendapatkan bahan-bahan penunjang belajar.
Sistem penjadwalan
Kepergian siswa ke museum, biasanya hanya dapat dilakukan pada saat pelajaran yang bersangkutan berlangsung. Namun, jatah jam yang ada tidak dapat digunakan untuk mengunjungi museum yang biasanya terletak jauh dari sekolah hal itu berarti harus menggunakan jam mata pelajaran yang lain, yang umumnya guru akan keberatan. Oleh karena itu dapat disepakati di antara para guru untuk mengadakan kegiatan di museum untuk beberapa mata pelajaran sekaligus. Museum yang dipilih adalah museum yang menyediakan kemungkinan untuk semua pelajaran yang ikut dalam kegiatan. [z]