Museum Daerah dan Manfaatnya

Disampaikan pada Diskusi Permuseuman, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rembang, di Museum Kartini, 25 Oktober 2019
Museum sering dianggap sebagai tempat menyimpan barang kuno, gelap, tidak menarik. Kemudian, apakah ada manfaat keberadaan atau pendirian museum, apalagi museum di daerah? Tentu ada manfaatnya, karena pada kenyataannya banyak museum didirikan di daerah, bahkan kebanyakan museum di Indonesia didirikan di daerah. Belakangan terdapat kecenderungan daerah mengupayakan pendirian museum dengan berbagai alasan dan tujuan. Hal ini membuktikan bahwa museum masih dilihat bermanfaat.
Pembahasan pada tulisan ini akan dimulai dengan mengenali museum, tugas-tugasnya, kemudian museum daerah, dan pada bagian akhir akan disampaikan manfaat museum yang terbagi dua, yaitu manfaat karena tugasnya dan manfaat karena keberadaannya.
1. Museum dan manfaatnya.
Untuk mengetahui manfaat museum, dapat dimulai dengan terlebih dahulu mengenali museum. Menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 tahun 2015 tentang Museum, museum adalah “… lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat….” (pasal 1 ayat 1) dan “… lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan guna melayani masyarakat dengan tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.” (Penjelasan).
Lebih rinci lagi adalah definisi yang dibuat oleh ICOM, yaitu Dewan Museum Internasional, bahwa museum adalah lembaga non-profit, permanen, yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk publik, yang mengumpulkan, mengkonservasi, mengkaji, mengkomunikasikan dan memamerkan warisan benda dan tak-benda dari kemanusiaan dan lingkungannya, untuk keperluan pendidikan, pengkajian, dan kesenangan. Pada Statuta ICOM yang diadopsi dalam General Conference ke-21 di Wina, Austria, tahun 2007, dinyatakan:
“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of society and its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and intangible heritage of humanity and its environment for the purposes of education, study and enjoyment.” .
Pekerjaan pertama adalah mengumpulkan objek atau koleksi (acquire), yang menurut PP Museum, objek diperoleh dari hasil penemuan, hasil pencarian, hibah, imbalan jasa, pertukaran, pembelian, hadiah, warisan, atau konversi (pasal 15).
Tugas berikutnya adalah melestarikan (conserve). Museum akan melakukan pengawetan terhadap objek yang dikoleksi, yang menjadi tanggung jawabnya. Museum juga melestarikan nilai, yang berarti adalah juga mengembangkan, dan unsur budaya tak-benda.
Penelitian, atau research, adalah pekerjaan selanjutnya. Objek yang dikelola perlu dikaji untuk melihat berbagai aspek, seperti kondisi, bahan, sejarah, fungsi, cara pembuatan, riwayat penggunaan, dan sebagainya. Penelitian ini akan digunakan pada dokumentasi, publikasi, serta pameran. Penelitian tentang sejarah, nilai, dan aspek intangible dilakukan oleh kurator, sementara penelitian bahan dan kondisi dilakukan oleh konservator. Keduanya adalah sebagian dari tenaga teknis yang diharapkan ada di setiap museum sesuai dengan PP Museum nomor 66 tahun 2015.
Kemudian, mengkomunikasikan dan memamerkan (communicate and exhibit) koleksi yang dikelola. Museum dapat membuat pameran, baik tetap maupun tidak tetap, juga melakukan penerbitan atau publikasi untuk menyampaikan kepada publik koleksi dan mungkin hasil kajian.
Hal yang dikumpulkan, dikonservasi, dikaji, dipamerkan itu adalah objek kebendaan (tangible) dan tak-benda (intangible). Objek tak benda masuk ke museum secara formal merupakan hal yang baru, dicantumkan dalam definisi ICOM tahun 2007. Hal itu kurang lebih bersamaan dengan munculnya Warisan Budaya Tak Benda sebagai objek warisan dunia (Intangible Cultural Heritage) yang antara lain melindungi wayang, batik Indonesia, noken, dan tari saman. Pada level nasional, bulan Oktober 2019 ini pemerintah menetapkan 267 objek tak-benda sebagai warisan budaya sehingga secara keseluruhan sejak tahun 2013 telah terdapat sebanyak 1.086 objek. Akan tetapi, dalam PP Museum (Pasal 1), yang disebut koleksi atau koleksi museum adalah bersifat kebendaan.
“… bukti material hasil budaya dan/atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan/atau pariwisata.”

2. Museum yang ada di daerah.
Mungkin itu adalah museum pemerintah pusat yang berada di daerah. Misalnya adalah Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta yang dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara itu, museum di daerah mungkin juga miliki pemerintah daerah, atau museum yang diselenggarakan oleh perorangan atau kelompok kelompok hukum adat, seperti disebutkan dalam PP Museum pasal 3. Museum daerah akan didaftarkan kepada menteri atau kepala daerah yang akan memberikan ijin setelah melakukan verifikasi (pasal 4).
3. Manfaat museum karena tugas museum.
Menurut PP Museum pasal 2, “Museum mempunyai tugas pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.” Mungkin museum sekarang masih dilihat sebagai ruang pamer saja dan itu pun tidak jelas untuk apa. Misalnya untuk memberikan informasi kepada pengunjung, tetapi tidak ada keterangan yang dapat dibaca oleh pengunjung. Berkunjung ke museum juga terbebani untuk serius, sehingga mengunjungi museum tidak bisa menjadi bagian dari bersenang-senang.
Museum memiliki bagian-bagian atau tenaga teknis yang dapat melakukan kajian, misalnya kurator untuk kajian berkait dengan makna dan cerita, konservator untuk kajian tentang material dan pengawetannya, edukator atau humas untuk kajian kepada pengunjung.
Hasilnya adalah bahwa berkait dengan tugas pengkajian (research), museum bermanfaat untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat (baik berkunjung maupun tidak) tentang kondisi, sejarah, potensi, suatu daerah melalui koleksi yang dimiliki. Museum juga dapat menjawab pertanyaan dari anggota masyarakat tentang suatu hal tertentu, misalnya sejarah atau berkait dengan objek tertentu. Misalnya, masyarakat ingin berkonsultasi tentang objek yang dimiliki, mungkin museum dengan tenaga teknis yang memiliki keahlian sesuai dapat menjawabnya.
Di bidang pendidikan (education), museum memberikan kepada pengunjung pengetahuan, inspirasi, dan pengalaman terutama melalui pameran yang disusun serta objek lain seperti bangunan bersejarah yang ditempati. Pengunjung mungkin akan mendapat satu hal saja karena itu yang disasar oleh museum, atau ketiga-tiganya dengan metode pembelajaran tertentu (yang disebut konstruktivis).
Berkait dengan tiga hal tersebut, di museum bukan saja pengunjung dapat mempelajari sesuatu (“belajar tentang…”), tetapi juga belajar untuk menjadi sesuatu (“belajar menjadi …”). Pengunjung akan dapat mempelajari sesuatu (tentang seseorang, tentang sejarah daerah, dan sebagainya) melalui objek dan perangkat pendukung pameran. Mempelajari sesuatu berarti mendapatkan pengetahuan, atau memahami sesuatu hal dan kemudian dapat menerapkannya. Misalnya tentang toleransi, solidaritas, kebangsaan. Jadi, selain menjadi orang pintar (karena tahu), pengunjung juga dapat menjadi seorang yang toleran, solider, bersemangat kebangsaan. Ini peluang bagi museum memorial semacam Museum R.A. Kartini di Rembang.
Setelah “belajar tentang” dan “belajar menjadi”, publik diharapkan dapat memiliki jati diri (identitas) dan museum akhirnya menjadi wahana perekat sosial antarkelompok masyarakat.
Dan jangan lupa bahwa publik atau masyarakat juga boleh senang, sehingga museum juga memberikan fasilitas untuk bersenang-senang (enjoyment). Pengunjung bisa menikmati koleksi dengan senang hati (karena tema, tata pamer), atau menikmati fasilitas seperti kafe dan taman bermain. Saya rasa sekarang banyak museum populer karena memberikan fasilitas bagi pengunjung yang ingin bersenang-senang. Selfie di Museum Macan di Jakarta atau Museum Angkut di Malang, adalah sesuatu hal yang penting untuk kaum milenial yang selalu terhubung dengan gawai dan medsos.
4. Manfaat museum karena keberadaannya.
Bukan hanya tentang koleksi dan cerita yang dibangun atasnya, namun keberadaan museum juga dapat bermanfaat bagi daerah. Saya bagi manfaat itu menjadi dua, yaitu manfaat ekonomi serta pengembangan wilayah.
Meski museum dinyatakan sebagai lembaga non-profit, atau sebagian menyebutnya sebagai not-for-profit, namun tetap ada revenue yang dapat diharap dari museum untuk kelangsungan hidup museum itu sendiri. Selain menjual tiket, museum dapat mendapatkan penghasilan dari banyak hal seperti menyewakan ruang dan menjual suvenir.
Secara makro, museum dapat meningkatkan perekonomian di lingkungan atau wilayah, meski contoh untuk hal ini masih sedikit. Jika museum populer maka diharap dapat menjadi lokomotif yang menarik gerbong ekonomi di sekitarnya.
Terakhir, dari sisi pengembangan wilayah, museum dapat menjadi fasilitas publik, tempat warga masyarakat setempat menyelengarakan kegiatan formal maupun informal. Maka satu permasalahan wilayah dapat diselesaikan, dalam hal penyediaan sarana.
Keberadaan museum sebagaimana objek atau daya tarik wisata lain, dapat mendorong pengembangan wilayah, misalnya bahwa pemerintah akan menyediakan prasarana transportasi dan telekomunikasi, serta penataan wilayah. Tetapi itu perlu perencanaan museum yang baik yang dapat meyakinkan pihak-pihak terkait untuk melakukan investasi prasarana wilayah.
5. Penutup.
Potensi museum untuk mendatangkan manfaat tentu harus dibarengi dengan upaya museum memperbaiki diri agar dapat memenuhi tugas-tugasnya. Museum yang tidak dikelola dengan baik (dari sisi staf, dukungan pendanaan, dukungan sarana-prasarana, keleluasan pengelolaan) akan membuat tugas-tugas museum terbengkalai dan pada gilirannya tidak mendatangkan manfaat apapun, bahkan akan membebani. (Sektiadi) [z]
Rujukan
Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2015 tentang Museum.
the ICOM Statutes adopted during the 21st General Conference in Vienna, Austria, in 2007