Adaptasi Hospitalitas Baru
[]
Pandemi Covid-19 tidak berujung di akhir 2020. Sepanjang tahun ini masyarakat mesti beradaptasi dengan kenyataan yang tidak direncanakan dan diinginkan ini. Banyak acara batal, cara-cara pertemuan dimodifikasi, menjadi daring misalnya.
Salah satu yang ikut beradaptasi adalah hospitalitas, alias keramahtamahan. Bukan hanya karena terhalang oleh masker sehingga kita harus melatih mata agar dapat mewakili mulut yang tersenyum, tetapi juga dalam memberikan suvenir.
Acara yang kuat secara seremonialnya semacam seminar-dalam-rangka biasanya membagikan suvenir, setidaknya yang dahulu disebut tas seminar (karena harus mewadahi makalah-makalah tebal yang distensil pada kertas duplikator), hingga kini diberi flashdisk, yang sering disuruh mengisi sendiri file yang dibagikan lewat Internet. Beberapa kegiatan semacam itu mulai membagikan perlengkapan “prokes” alias protokol kesehatan bagi peserta. Maka suvenirnya kemudian tidak (saja) berupa flashdisk tetapi juga seperangkat alat prokes seperti penyanitasi tangan (hand sanitizer), masker, dan pelindung wajah (face shield). Perangkat prokes ringan saja, bukan yang berat seperti bak cuci tangan apalagi dengan tangki penampung airnya…
Begitu juga acara mantenan. Beberapa keluarga tetap menyelenggarakan upacara manten, kadang lengkap dari siraman hingga resepsi yang mengundang tetamu. Salah satu kebiasaan dalam mantenan adalah juga memberikan suvenir bagi tetamu yang datang. Nah, di masa pandemi ini juga sering ditemui cendera mata untuk tetamu yang merupakan alat prokes, biasanya masker kain dan penyanitasi tangan.
Bagi seorang “sosialita” di lingkungan keluarga atau sahabat mestinya musim-musim ini mendapat banyak undangan manten dan akhirnya memiliki koleksi masker dan penyanitasi tangan yang cukup banyak. Untuk mengatasi hal itu, atau karena memang kreatif, beberapa mantenan memberikan cendera mata yang bukan berupa alat prokes ringan itu, melainkan bahan minuman sehat (plus cangkirnya). Dua-duanya, baik perlengkapan prokes atau minuman herba, mengharap para tetamu, kerabat, dan sahabat tetap sehat wal afiat…
Adaptasi hospitalitas ini juga dilakukan oleh keluarga yang menyelenggarakan acara doa atau yasinan untuk satu kerabat mereka yang meninggal. Jika biasanya diberi hanya buku yasin, kali ini ada yang menyertai dengan perlengkapan prokes ringan.
Pandemi ini lantas menjadi sarana untuk memaksa kita berpikir lebih kreatif untuk beradaptasi. Hal-hal yang dahulu tidak terpikirkan, sekarang menjadi mungkin dan lumrah dilakukan, seperti memberikan masker dan sebangsanya sebagai suvenir itu tadi. [z]