Museum dan Black Box
|
Beberapa saat tadi diberitakan bahwa black box dari pesawat Sriwijaya Air yang jatuh di Kepulauan Seribu ditemukan. Benda ini menjadi bintang berita sejak pencarian pesawat yang jatuh Sabtu siang kemarin dilakukan. Hari Minggu dinyatakan bahwa keberadaan black box telah terdeteksi, mungkin berkat alat yang oleh ratusan laman media daring disebut sebagai “vinger locater“.
Saya pikir sih namanya “pinger locator“, alat untuk menentukan lokasi “ping” berasal, yaitu denyut elektronik yang dipancarkan oleh satu bagian dalam black box.
Saya lantas mencari juga black box, kotak hitam, atau flight recorder, dalam bentuk foto. Tahun 2017, dalam satu pameran bersama di Yogyakarta, salah satu museum menampilkan black box. Mungkin Museum Transportasi di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Saya memfotonya karena saya pikir objek itu unik, jarang ditemui. Sesuatu yang menghebohkan tetapi hanya berbentuk kotak sederhana, sesuatu yang disebut hitam tetapi ternyata jingga.
Black box yang dipamerkan itu berbentuk balok, dengan pegangan (handel) di salah satu ujung. Warnanya jingga, dengan dua strip putih. Tulisan berwarna hitam “Flight Recorder Do Not Open” terletak pada salah satu sisi. Beberapa stiker menempel di sisi lain, termasuk yang bertulis “expired”.
Berbeda dari black box di berita sore tadi yang penuh selebrasi, protokoler, serta pengamanan, black box di pameran ini sepi saja: diletakkan diagonal di atas pedestal tanpa pelindung, disertai label keterangan tentang black box secara umum.
Hemat saya, museum tersebut strategis dalam memilih objek. Black box adalah objek yang populer, namun tidak banyak orang tahu. Dengan menghadirkan objek ini, museum akan berkontribusi bagi pengetahuan publik.
Benda jingga ini juga diharapkan membuat pengunjung berhenti di stand pamerannya. Seperti saya.
Melihat label yang disertakan dalam pameran, objek ini dihadirkan sebagai objek pendidikan. Objek ini bukan bukti sejarah, misalnya dari pesawat atau peristiwa penerbangan yang terkenal, atau perkembangan teknologi per-black-box-an.
Sebagai objek pendidikan, black box di pameran ini digunakan oleh museum untuk memberikan penerangan kepada publik tentang wujud dari benda yang selalu diperbicangkan saat terjadi kecelakaan pesawat sipil. Keterangan pada label menjelaskan tentang dua jenis black box pesawat terbang yaitu FDR (Flight Data Recorder) dan CVR (Cockpit Voice Recorder), meski tidak menyinggung objek yang ditampilkan itu termasuk yang mana.
Tentu, selain mengenali jenis, pengunjung bisa ingin tahu tentang warna yang digunakan, yang disebut “kotak hitam” tetapi ternyata jingga, juga fungsi atau mungkin makna elemen grafis lain seperti dua garis putih itu, makna kata-kata yang tertulis, ukuran, bahan, dan sebagainya.
Bisa pula mereka ingin tahu tentang berasal dari pesawat apa black box yang sedang dipamerkan itu. Atau, masih berfungsikah alat itu, setidaknya apakah di dalam kotak masih terdapat lengkap komponennya.
Jika tidak tertulis pada label dan media publikasi lain dari museum (mungkin liflet atau buklet pameran, atau perangkat digital yang dapat dijangkau melalui pindaian QR), guide pameran atau edukator akan dapat mengambil peran untuk menjelaskan kepada publik yang ingin mendapatkan keterangan tentang objek berwarna terang itu. [z]
Baca juga: