Memilih Pilihan
[]
Bagi seorang mahasiswa, salah satu kesibukan di awal semester adalah menentukan mata kuliah yang akan diikuti pada semester tersebut. Dalam istilah sehari-hari disebut sebagai “mengisi KRS”, Kartu Rencana Studi, meski di UGM sekarang tidak menggunakan kartu.
Mata kuliah wajib, jelas harus diambil, terutama jika IP semester sebelumnya mencukupi. Jika masih lebih, maka harus mengambil mata kuliah lain, yang biasanya disebut mata kuliah pilihan. Sebagian disebut sebagai wajib pilih, artinya wajib memilih di antara beberapa mata kuliah yang disediakan. Kewajiban prodi adalah menyediakan mata kuliah yang dapat dipilih.
Dalam MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka) yang dicanangkan Kemdikbud tahun 2020, mahasiswa mendapat porsi yang besar untuk memilih mata kuliah pilihan yang sesuai dengan keperluannya terutama mata kuliah di luar prodi atau lintas disiplin. Mata kuliah dapat diambil dari fakultas lain dan universitas lain.
Hemat saya, mata kuliah pilihan yang diambil hendaknya yang akan mendukung proses penulisan skripsi, karena skripsi masih menjadi “tugas puncak” dari mahasiswa prodi S1, setidaknya di FIB UGM. Namun, dapat pula mahasiswa mencadangnya untuk keperluan nanti justru setelah lulus. Untuk penulisan skripsi mungkin sudah dapat dipenuhi dari berbagai mata kuliah lain.
Namun, kadang terdapat perilaku pemilihan mata kuliah yang tidak berkait dengan keperluan itu. Terdapat mahasiswa mengambil mata kuliah pilihan karena ikut temannya, karena pacarnya atau seseorang yang ditaksirnya mengikuti kelas tersebut, atau bahkan karena dosen yang mengajar dikenal sebagai murah nilai. Mirip dengan yang terakhir ini, terdapat pula mahasiswa yang memilih mata kuliah tertentu yang sebenarnya tidak akan menambah banyak pengetahuan kepadanya, namun justru karena telah menguasai sehingga diharap nilainya akan bagus. Hal ini dapat terjadi antara lain karena mata kuliah di prodi lain mungkin mirip dengan yang pernah ia ambil di prodi sendiri.
Beberapa mata kuliah pilihan, atau wajib pilih, juga mungkin terambil karena terpaksa. Misalnya karena kuota mata kuliah lain sudah habis, yang barangkali lebih populer atau lebih difavoritkan oleh mahasiswa.
Untuk “mengendalikan” hal ini, maka peran dosen pembimbing akademik akan penting. Konsultasi dengan terbuka akan membantu mahasiswa mendapatkan mata kuliah yang pas, yang dapat mendukung capaian pembelajaran lulusan yang digariskan oleh prodi. [z]
Baca juga: