Museum sebagai Ruang Publik

\

Ruang publik adalah ruang yang dapat diakses oleh publik untuk berbagai keperluan bersama. Ruang tersebut mungkin dikelola oleh publik atau komunitas, mungkin dikelola suatu institusi, namun memberikan akses yang baik kepada publik. Di ruang publik seseorang beraktivitas atas perannya sebagai anggota komunitas.

Amanat museum sebagai ruang publik dapat dilihat pada definisi seperti yang dikembangkan oleh ICOM.

“A museum is a non-profit, permanent institution in the service of society and its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits the tangible and intangible heritage of humanity and its environment for the purposes of education, study and enjoyment.”

ICOM Statutes, diadopsi oleh 22nd General Assembly di Wina, Austria, 24 Agustus 2007

Pada hemat saya, “in the service of society and its development” mencakup juga fungsinya sebagai ruang publik. Komunitas menggunakan museum dalam pengertian ruang publik untuk mempertunjukkan dan menegosiasikan berbagai hal, gagasan dan pilihan-pilihan. Inovasi-inovasi juga dapat tampil di ruang ini untuk diperbincangkan, direspons, agar dapat diterima, dimodifikasi, atau bahkan dikembangkan.

Perkaranya, siapkah museum untuk hal itu.

Beberapa isu berkait ruang publik juga dapat mengena kepada museum, misalnya tentang privatisasi. Museum mungkin akan membatasi akses kepadanya sebagai ruang publik dan memberikan banyak aturan serta mempersulit publik untuk dapat saling bertemu, bertukar gagasan, atau menentukan pilihan. Sebagai contoh adalah memperbesar ruang (area) di museum yang lebih bersifat komersial.

Secara praktis museum juga mungkin mengalami kendala dengan kesulitan mendefinisikan fungsinya terhadap publik dan memproduksi layanan tersebut. Ketidakpahaman museum terhadap fungsi ini akan menghambat akses publik yang mestinya diberikan. Sementara itu, kekurangan fasilitas dan staf, baik dalam jumlah maupun kompetensi, akan menghambat layanan tersebut. [^z]