Jumpa Virtual di Museum
\
Pandemi membuat museum harus berhubungan dengan publik dengan cara yang tidak seperti biasanya. Pengunjung tidak dapat mendatangi museum secara langsung karena terdapat berbagai pembatasan. Museum kemudian mengalihkan kegiatannya di dunia virtual. Beragam cara yang ditempuh oleh museum sebagaimana dapat dilihat dari istilah-istilah yang muncul.
Museum virtual, adalah bentuk virtual yang diselenggarakan oleh suatu museum. Koleksi, misalnya, dipindah menjadi bentuk digital, yang dapat diakses secara offline (misalnya didistribusikan melalui flashdisk) atau diletakkan di Internet untuk akses secara online. Museum virtual dapat pula berdiri sendiri, tanpa museum fisik atau nyata, sepanjang memenuhi kriteria museum.
Pameran virtual, atau virtual exhibition, sangat berkait dengan museum virtual, karena umumnya yang muncul kepada publik dari museum virtual adalah pamerannya. Beragam model pameran virtual, mulai dari yang meletakkan semua koleksi di Internet dan dapat diakses publik, hingga yang terseleksi atau terkurasi pada satu atau beberapa tema. Bentuk pameran virtual pun beragam, mulai dari meletakkan foto koleksi dengan keterangan minimal pada laman suatu website, teks narasi yang panjang lebar dengan disertai foto-foto objek terkait, hingga menyajikan dalam bentuk-bentuk tiga dimensi dan gambar ruang 360 derajat.
Virtual tour, bersifat kunjungan kepada (pameran) museum secara virtual. Di masa pandemi ini banyak museum yang berfokus pada virtual tour dan melompati tahap pembuatan museum virtual. Beragam cara pula dilakukan untuk membuat fasilitas virtual tour, seperti merekam penjelasan dari pameran dan mengungah ke Youtube, atau membuat pameran virtual dengan bentuk 3D atau gambar 360 dan pengunjung dapat berkunjung menelusuri pameran dengan teknik walkthru atau semacamnya. Virtual tour semacam ini umumnya bersifat asinkronus. Virtual Reality dapat menjadi bagian dari virtual tour jenis ini. Sifat keruangan dari suatu pameran disimulasikan untuk memberikan kesan “berkunjung dan menjelajah” kepada pengunjung.
Virtual tour juga dapat diselenggarakan secara sinkronus. Museum membagi kamera yang menyorot pameran secara live, atau langsung, sehingga pengunjung dapat melihat pameran secara realtime, kondisi saat itu juga, dari gawai masing-masing. Museum juga dapat mendampingi kunjungan virtual sinkronus ini, mungkin dengan menggunakan fasilitas Zoom, Google Meet, atau aplikasi lain. Interaksi antara pengunjung dan museum (edukator, kurator) dapat terjadi secara langsung pada virtual tour model ini. [z]
Baca juga:
- Sektiadi 2020. “Wabah dan Wisata Museum“. Agus Suwignyo (ed.), Pengetahuan Budaya dalam Khazanah Wabah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hlm. 501-508.
- Sektiadi 2019. “Museum Virtual untuk Generasi Milenial“. Paper dalam Diskusi Ilmiah Arkeologi, IAAI.
- Sektiadi 2008. “Museum dan Dunia Maya”, Proceeding Pertemuan Ilmiah Arkeologi XI Solo. Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, Jakarta.