Teknologi Bangunan di Kerto dan Pleret
\
Disampaikan pada webinar Aspek Teknologi Bangunan di Kraton Kerta dan Kraton Pleret, Edukator Museum Sejarah dan Purbakala Pleret, Dinas Kebudayaan DIY, 2 Agustus 2021.
Ringkasan
Kerto dan Pleret adalah dua ibu kota Mataram Islam yang secara berurutan menggantikan Kotagede, pada tahun 1618 hingga 1647. Survei dan ekskavasi arkeologis, naskah tradisi, serta catatan Belanda, juga toponim, memberikan gambaran bentuk kedua kota tersebut pada masa lalu.
Di kedua tempat tersebut masih terdapat berbagai peninggalan yang kebanyakan merupakan reruntuhan bangunan dan fitur buatan seperti benteng dan tanggul.
Dari sisa-sisa tinggalan tersebut terlihat bahwa bahan yang digunakan untuk menyusun bangunan adalah bata, batu putih yang dibentuk balok, batu andesit yang juga dibentuk, serta secara hipotetis juga terdapat kayu.
Bata menjadi unsur menonjol bangunan di Kerta dan Pleret. Sultan Agung pernah memindah penduduk Pajang ke Pleret agar membuat bata. Sultan Amangkurat I juga memerintahkan penduduk untuk membuat bata guna pembangunan istana baru di Pleret.
Umumnya bata disusun tanpa spesi. Ekskavasi tahun 2010 mengindikasikan adanya spesi namun ditemukan secara terbatas.
Batu putih dipotong balok dengan ketebalan yang relatif sama, namun dengan ukuran panjang dan lebar yang menyesuaikan kebutuhan. Untuk pemasangan batu putih mungkin menggunakan spesi tipis.
Batu andesit ditemukan sebagai unsur bagian bawah bangunan, mungkin trap tangga dan sekitarnya, di Sitihinggil Kerta. Pada situs tersebut, balok batu disusun dengan cara membuat takikan atau alur-alur penyatuan seperti pada bangunan candi. Selain itu, batu andesit juga dijumpai sebagai umpak (di Sitihinggil Kerta dan di Masjid Pleret) serta sebagai dorpel atau ambang pintu (ditemukan di Situs Masjid Pleret dan di Makam Gunung Kelir).
Indikasi penggunaan kayu terlihat dari adanya umpak meski jumlahnya terbatas, yaitu di Situs Sitihinggil Kerta dan Situs Masjid Pleret.
Dinding umumnya dibuat masif, disusun dengan bata atau batu hingga bagian dalam, meski terdapat juga hasil ekskavasi yang menunjukkan adanya dinding (benteng) yang disusun dengan bata secara rapi di luar tetapi di bagian dalam hanya diberi isian berupa bongkahan batu dan tanah. [z]