Menarasikan Koleksi
\
Bagian dari materi yang disampaikan pada FGD “Kekuatan Narasi Koleksi sebagai Keunikan Baru Museum”, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, 22 November 2021.
Museum memerlukan koleksi. Meski sekarang berkembang pandangan tentang orientasi museum pada pengunjung, namun koleksi (dan pameran) tetap menjadi pembeda lembaga ini dari lembaga lain terutama yang melakukan kolekting.
Mengikuti hal tersebut, museum menggunakan koleksi untuk melaksanakan tugasnya: preservasi, riset, dan komunikasi (dalam rumusan van Mensch).
Namun museum sering tidak memperhatikan koleksi sebagai salah satu tanggung jawab utamanya. Oleh karena itu, pengelolaan koleksi, riset, dan pameran perlu dikembangkan lagi.
Salah satu yang perlu dilakukan oleh museum adalah memunculkan narasi dari objek. Museum memerlukan data untuk dapat bercerita, atau menyusun narasi, tentang sesuatu terkait dengan objek tersebut.
Untuk melakukannya, tentu dengan riset.
Riset di museum dilakukan terhadap beberapa hal, termasuk pada objek sebagai koleksi. Menurut Desvallées dan Mairesse (2010: 73), riset koleksi adalah ‘… intellectual activities and works aimed at discovery, invention and the advancement of new knowledge connected with the museum collections, or the activities it [the museum] carries out.’
Pengetahuan akan suatu koleksi antara lain adalah:
- provenance, atau riwayat hidup koleksi hingga sampai menjadi koleksi museum.
- aspek fisik, yang antara lain terdiri atas ukuran, bentuk, bahan, teknologi pengerjaan, marking
- fungsi, terkait dengan cara penggunaan atau aspek fungsional dari objek tersebut.
- simbol, akan berkait dengan nilai religi dan sosial
- sejarah, terkait dengan realitas yang pernah terjadi di masa lalu.
- aspek artistik, nilai keindahan dari objek.
[z]