Penyajian Digital
\
Kemajuan teknologi digital sampai juga kepada museum. Saya kira istilah virtual museum, virtual tour, sangat populer akhir-akhir ini setelah terjadi Pandemi Covid-19.
Entitas museum dikenal sebagai kuno, menyimpan barang kuno, dan sebagainya, konotasi-konotasi semacam itu. Sementara digital adalah kemajuan. Oleh karena itu, mungkin publik kemudian bersemangat untuk menyilangkannya.
Perlu dipahami dulu tentang museum, yang dipahami dengan definisi yang beragam oleh publik.
Menurut ICOM, museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengkoleksian, mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan
Kata kunci dari definisi tersebut adalah lembaga, non-profit, tugas preservasi-riset-komunikasi (dan pameran), untuk studi, edukasi, dan kesenangan. Hal-hal tersebut tidak terpisah satu dengan yang lain, melainkan terpadu. Untuk dapat melakukan pameran misalnya, harus ada preservasi dan riset pada objek yang dipamerkan.
Maka, pameran itu adalah salah satu ujung saja dari pekerjaan di museum. Sebenarnya tidak ujung-ujung amat, karena setelahnya (dan sebenarnya sudah dapat dimulai sejak pameran itu digagas) masih ada aktivitas evaluasi.
Pameran disiapkan mulai dari gagasan, desain, produksi, hingga pelaksanaan pameran. Salah satu tahap yang penting adalah menyiapkan storyline, yang setidaknya terdiri atas tema, pembagian topik, objek yang dipamerkan, serta teks yang akan menyertai.
Museum yang bagus biasanya menyertai pameran dengan banyak materi. Pameran bukan hanya menampilkan objek (object centered) tetapi lebih naratif, kurator ingin bercerita sesuatu. Foto, objek lain, keterangan pendamping yang cukup. Objek umumnya memang diletakkan di atas pustek atau di dalam vitrin, ditempel atau digantung di panel dinding, tetapi pendampingnya biasanya jauh lebih kreatif. Terdapat perangkat interaktif digunakan untuk membuat pameran tidak membosankan, memberikan pengalaman, perspektif, atau kedalaman informasi sejauh diperlukan oleh pengunjung. Perangkat ini dapat sederhana berupa menekan tombol dan lampu akan menyala di suatu tempat pada panil peta misalnya, atau membal ik gambar dan menemukan informasi tertulis. Teknik paper ghost sudah sangat lama digunakan dan sangat menarik meski tanpa teknologi yang canggih.
Dalam perkembangannya, salah satu yang menyertai adalah perangkat yang berbasis pada teknologi digital. Komputer digunakan untuk membuat pameran lebih dapat mencapai tujuan yang digariskan oleh museum.
Keperluan museum atas teknologi digital dalam pameran dipicu antara lain oleh keinginan menghapuskan kesan kuno dari museum. Oleh karena itu, di hadapan publik lembaga ini juga harus terlihat mengikuti zaman. Aspek ini dapat dijadikan selling point dari museum.
Faktor lain adalah untuk melayani pengunjung. Keinginan untuk menyampaikan informasi dan pengalaman yang dirancang oleh museum dapat difasilitasi oleh teknologi digital. Museum juga perlu merengkuh publik baru, anak-anak muda yang sering disebut para milenial itu.
Jika dipoin-poinkan, maka terdapat beberapa hal yang diuntungkan oleh teknologi digital ini dalam pameran museum, antara lain adalah sebagai berikut.
- Aksesibilitas: mengatasi kesulitan akses karena waktu, biaya, dan tempat pameran juga terkait difabilitas.
- Dokumentasi & informasi: mempermudah pencarian dan penggunaan data
- Presentasi: pameran
- Integrasi dan kemudahan: konvergensi
- Pengalaman dan hiburan: teknik dalam pameran (immersiveness)
- Publisitas dan prestise : faktor “wow!”
Tujuan pameran museum adalah mengkomunikasikan koleksi. Tafsir yang luas dapat dilakukan atas istilah ini, mulai dari memberikan informasi tentang koleksi, memberikan pengalaman bertemu dengan koleksi, hingga dapat berinteraksi secara lebih intensif dengan koleksi. Dalam pendekatan baru, pameran museum juga ditujukan untuk menjembatani hubungan antaranggota masyarakat untuk berkomunikasi satu dengan yang lain.
Penerapan teknologi ini terkait pameran museum mulai dari manajemen pengunjung hingga penyajian atau tata pamer.
Dalam tata pamer, teknologi digital bisanya digunakan untuk hal-hal:
- Interaktif (touch screen, magic wall, smart table, interactive floor, interactive directory, dsb)
- Video (projection wall, curved display projection, video mapping, digital story, immersive room
- Holografik
- Augmented Reality
- Virtual Reality
- Artificial Intelligence (misalnya pemandu digital)
- 3D printing
- mobile apps (misal game, panduan dengan RFID)
Kreativitas akan menentukan teknik atau cara yang mana untuk presentasi seperti apa di ruang pamer museum. Mungkin menggabung beberapa teknik, mungkin menghadirkan dalam bentuk yang berbeda meski dasar tekniknya sama.
Kelebihan dari penggunaan teknologi digital ini antara lain adalah sebagai berikut.
- Dapat menjembatani para pengguna untuk saling berhubungan
- Dapat memfasilitasi partisipasi dari publik
- Memberikan sentuhan modern dan mutakhir di museum
- Interaktif, memberikan aktivitas dan pilihan kepada pengunjung museum
- Peluang memberikan informasi yang banyak pada saat-sama (realtime). Museum mendampingi komunikasi melalui teks label yang terbatas. Dengan teknologi, kita bisa membuat teksnya tidak terbatas, tergantung pada keinginan pengunjung.
- Meminimalkan kerusakan objek karena mengurangi kemungkinan pergerakan (dipindah), mengurangi keberadaannya di tempat publik.
- Kemungkinan untuk dieksplor lebih lanjut, juga karena teknologi ini terus berkembang.
- Dinamis, data dapat diperbaharui dengan mudah dan realtime.
Sementara itu, kekurangannya antara lain adalah sebagai berikut.
- Rumit, tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang sehingga perlu SDM khusus
- Kadang dimanfaatkan secara berlebihan
- Teknologi yang cepat usang, sehingga keberlanjutannya dipertanyakan
- Menyingkirkan orang-orang tua. Pengembang cenderung memikirkan generasi milenial (yang menjadi kredo dan dieksplorasi) ketimbang generasi sebelumnya.
- Biaya tinggi, termasuk biaya pengembangannya, biaya operasional, dan biaya perawatannya. Kadang digunakan peralatan yang termutakhir dan termahal, yang harus di
- Isu hak atas objek. Penggandaan objek menjadi sangat mudah.
- Hubungan dengan objek merupakan hasil mediasi.
Kemudian, harus seperti apa?
Perlu bijak dalam menggunakan teknologi ini. Sebagian hanya bersifat “wow” sementara, tanpa diperhitungkan masak-masak perlunya diterapkan dalam pameran, hanya menjadi gimmick untuk menarik pengunjung.
Penggunaan yang berlebihan juga akan sangat mengganggu, membosankan, membuat pengunjung diperlakukan sebagai anak-anak.
Harus diingat pula bahwa kelebihan museum adalah karena ada objek yang asli, jangan sampai teknologi ini kemudian menghilangkan pengalaman bertemu dengan objek.
***
Disampaikan pada Kuliah Umum Jurusan “Teknologi Digital dalam Ruang Pamer”, Laboratorium Arsitektur Digital, FT Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 14 Juni 2022.