Masjid di masa Covid-19
\
Masjid-masjid tentu juga merespons wabah Covid-19 ini. Sebagian besar yang saya lihat responsnya berupa pembuatan garis-garis yang menunjukkan tempat jamaah berdiri. Sebagian lain adalah peringatan bahwa warga luar tidak diperkenankan untuk shalat di tempat tersebut. “Masjid ini khusus untuk warga kampung xxx”, begitu tertulis di spanduk.
Masjid juga menyediakan tempat cuci tangan atau membasuh dengan penyanitasi tangan, yang diletakkan di dekat pintu masuk, atau malah di ambang pintu.
Namun, saya melihat respons yang lain.
Satu mushala di kaki bukit Jabalkat tempat makam Sunan Tembayat berada, memberikan ruang utamanya untuk para pendatang, yang umumnya adalah para peziarah, sementara warga shalat di serambi yang pintunya ditutup. Imam berada di serambi tersebut, para pendatang dapat mengikuti shalat secara berjamaah dari ruang utama.
Ini adalah respons yang menarik. Pendatang, para peziarah itu, juga membutuhkan tempat shalat seperti juga penduduk setempat. Kebaikan hati penduduk setempat untuk rela shalat berjejalan di ruang samping yang sempit saya rasa merupakan cerminan ukhuwah, persaudaraan, yang patut diteladani.
Semoga salam, berkah dan rahmat Allah pada mereka.