Makna Koleksi untuk Edukasi di Sekolah

\

Disampaikan pada Workshop Guru Edukator, Barahmus DIY-Dinas Kebudayaan DIY, di Hotel Tjokro Style, Yogyakarta, 31 Oktober 2022.


Museum bertugas melakukan konservasi, riset, dan komunikasi atas objek yang menjadi koleksi. Dalam hal makna, museum melakukan riset atas berbagai makna yang kemudian disampaikan kepada masyarakat dengan berbagai cara, terutama pameran.

Museum menggunakan koleksi sebagai media utama. Koleksi menjadi titik sentral yang memungkinkan museum melaksanakan misinya dalam melestarikan warisan budaya dan memberikan pengalaman autentik bagi pengunjung. Objek yang dipamerkan tidak sekadar benda mati, melainkan representasi pengetahuan, identitas, dan memori kolektif yang berlapis-lapis maknanya.

Guru sebagai pengguna museum dapat mencari hasil riset tersebut untuk disampaikan kepada murid-muridnya sesuai dengan keperluan pembelajaran di sekolah.

Koleksi sebagai Jantung Museum

Seluruh aktivitas museologis—mulai dari manajemen kelembagaan, strategi kuratorial, hingga interaksi publik—pada dasarnya berputar mengelilingi koleksi sebagai pusatnya. Koleksi menjadi perhatian pada kegiatan museum yang utama sebagai berikut.

  1. Preservasi – museum mengumpulkan, merawat, dan melindungi objek agar tetap lestari.
  2. Riset – museum melakukan penelitian untuk mengembangkan pengetahuan tentang koleksi.
  3. Komunikasi – museum menyampaikan pengetahuan kepada publik melalui pameran, publikasi, dan program edukasi.

Artikel ini akan berfokus pada riset dan komunikasi karena akan terkait dengan makna yang dapat diambil oleh guru jika berkolaborasi sebagai edukator di museum.

Riset di Museum

Riset menjadi bagian penting dalam memahami dan memaknai koleksi. Beberapa jenis riset yang umum dilakukan oleh museum adalah sebagai berikut.

  1. Riset sejarah lokal: menelaah sejarah, geografi, alam, industri, pendidikan, dan aspek lain sesuai lingkup tema museum.
  2. Riset pengembangan koleksi: menentukan kebutuhan penambahan atau pengurangan koleksi agar representasi tetap relevan.
  3. Riset koleksi: meliputi riwayat masuk, identifikasi, proses pembuatan, serta sejarah penggunaan objek.
  4. Riset untuk komunikasi: memastikan ketersediaan data akurat guna mendukung pameran, publikasi, edukasi, dan promosi.

Pengetahuan atas Koleksi

Pengetahuan mengenai suatu koleksi mencakup berbagai aspek, antara lain sebagai berikut.

  1. Provenance: riwayat perjalanan koleksi hingga menjadi milik museum.
  2. Aspek fisik: ukuran, bentuk, bahan, teknologi pengerjaan, hingga tanda khusus.
  3. Fungsi: cara penggunaan objek dalam konteks asli.
  4. Simbol: nilai religius atau sosial yang melekat pada objek.
  5. Sejarah: kaitan dengan realitas masa lalu.
  6. Nilai artistik: terutama pada karya seni.

Dari aspek tersebut, objek dapat ditafsirkan sebagai:

  1. Teknofak: benda dengan nilai teknologi.
  2. Sosiofak: benda yang merepresentasikan kehidupan sosial.
  3. Ideofak: benda yang menyimpan gagasan, simbol, dan nilai spiritual.

Komunikasi Museum Melalui Pameran

Pameran merupakan media utama komunikasi museum. Hal ini karena pameran menjadi sarana paling langsung untuk menyampaikan pesan, pengetahuan, dan nilai yang terkandung dalam koleksi kepada publik. Adanya pameran menegaskan peran museum bukan hanya penyimpan benda, tetapi juga komunikator budaya dan pengetahuan.

Terkait dengan riset, terdapat banyak makna seperti telah disampaikan di atas. Kurator memilih objek dan sudut pandang narasi berdasarkan hasil riset dan tema pameran. Setiap pameran hanya dapat menyoroti sebagian makna dari objek, sesuai konteks yang ingin disampaikan.

Sebagai contoh, “mesin ketik Sayuti Melik” yang digunakan dalam pengetikan naskah Proklamasi. Objek ini memiliki nilai lebih dari sekadar teknologi karena menjadi simbol sejarah kemerdekaan Indonesia. Jika hanya ditampilkan sebagai objek teknologis maka nilai historisnya akan berkurang.

Permasalahan dalam Menampilkan Nilai Sejarah

Narasi sejarah dalam pameran museum merupakan sebuah konstruksi. Faktor-faktor yang memengaruhi konstruksi ini antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Perspektif kurator, pemilik, atau edukator museum.
  2. Keterbatasan atau kelengkapan koleksi yang dimiliki.
  3. Teknik pameran yang dipilih.

Bentuk Lain Komunikasi Museum

Selain pameran, komunikasi museum juga dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut.

  1. Publikasi: terbitan tematik, katalog, jurnal.
  2. Edukasi: materi pembelajaran yang dikembangkan bersama kurator atau edukator.
  3. Forum ilmiah: seminar internal maupun eksternal.

Keunggulan Museum dalam Edukasi

Museum memiliki keunggulan dibandingkan lembaga pendidikan lain, yakni memberikan pengalaman langsung dengan objek asli yang memiliki riwayat. Interaksi dengan objek autentik menghadirkan dimensi emosional, intelektual, dan sensorik yang tidak bisa digantikan oleh replika, duplikat, atau miniatur.

Mengelola pengetahuan museum

Objek pameran museum adalah pusat aktivitas museal yang memuat beragam makna, baik teknologis, sosial, dan ideologis. Melalui riset dan preservasi, museum mampu mengelola pengetahuan tersebut, sementara melalui pameran dan media komunikasi lain, museum menyampaikan pengetahuan kepada publik. Tantangan utama terletak pada bagaimana kurator mengonstruksi narasi sejarah dengan mempertimbangkan keterbatasan koleksi dan teknik pameran, sehingga makna mendalam dari objek tetap dapat diakses dan diapresiasi oleh masyarakat.

Peran Guru Sekolah

Guru sekolah bisa memanfaatkan pengetahuan yang disebarkan oleh museum dengan berbagai cara agar museum tidak hanya dipahami sebagai tempat menyimpan benda kuno, tetapi sebagai sumber belajar yang terus berkembang. Museum dapat dijadikan sebagai sumber belajar tambahan, dengan mengaitkan materi pembelajaran kepada koleksi yang terpasang pada pameran. Terbitan seperti katalog, buklet, atau publikasi lain dapat memperkaya materi bahkan dapat digunakan langsung sebagai bahan ajar sepanjang relevan.[z]

Baca juga: