Opor dan Obor
\
Masyarakat mengembangkan beberapa tradisi khas lebaran yang khas. Sebagaimana layaknya kebudayaan yang selalu bergerak, beberapa di antara tradisi itu sudah mulai mendapat alternatif atau terdapat bentuk-bentuk baru. Kastengel dan nastar misalnya, sudah “diadopsi” menjadi kudapan lebaran.
Baca juga:
Berikut adalah dua tradisi yang mewarnai hari lebaran setidaknya hingga saat ini.
Opor
Opor ayam, semacam kari atau gulai yang dominan gurih karena menggunakan santan kental. Beda dari kari yang menggunakan berbagai rempah yang menurut saya cenderung “India”, rasa opor lebih “datar”. Opor juga biasanya menggunakan material utama daging ayam atau telur ayam sementara kari lebih bebas, hingga sayur.
Mungkin karena datar itu tadi, maka kelengkapan opor adalah bubuk kedelai goreng, sering pula dengan abon, serta sambal goreng kentang. Kerupuk udang menjadi pelengkap. Makanan besar ini sering dimakan dengan nasi ketupat atau nasi lontong sebagai karbohidrat utamanya.
Opor cenderung muncul dengan dominan pada perayaan lebaran. Kurang lengkap rasanya jika syawalan atau halal bihalal tanpa opor ayam.
Obor
Pawak takbiran, atau sering disebut takbiran saja, merupakan salah satu acara yang acap kali dilakukan oleh masyarakat pada malam hari raya, baik idul fitri maupun idul adha. Kelompok-kelompok masyarakat berpawai di malam hari berkeliling kampung.
Karena dilakukan malam hari, maka cahaya menjadi penting. Mungkin cahaya untuk menunjukkan jalan, cahaya untuk menarik perhatian, atau cahaya untuk menunjukkan “bawaan” seperti miniatur masjid yang dibuat dari kertas yang terang benderang karena di dalamnya diberi lampu.
Akhir-akhir ini, terutama karena saya lebih sering melihat takbiran di kota Yogyakarta, para peserta sering membawa lampion sebagai penerang, menunjukkan sesuatu: lampion-lampion tersebut bergambar simbol-simbol dalam Islam. Bentuk bintang, bulan sabit, kemuncak masjid, sering muncul.
Akan tetapi, sering dalam acara yang banyak diikuti oleh anak-anak balita itu, lampion yang dibawa bergambar superhero atau tokoh-tokoh dalam acara televisi.
Dua hari lewat, beberapa kelompok dari masjid di sekitar rumah saya juga takbiran. Di depan berbaris anak-anak dan remaja dengan membawa penerang. Di ujung belakang, mobil pick up membawa soundsistem yang mengeluarkan suara menggelegar sehingga kaca-kaca di rumah bergetar.
Yang menarik, penerang yang mereka bawa itu adalah obor bambu dengan bahan bakar minyak tanah. Boleh jadi obor bambu dipilih karena murah, dapat disediakan oleh panitia secara masal. Namun, boleh jadi karena semacam meneruskan tradisi lalu, sebelum ada lampion superhero. [z]
Baca juga