Level Informasi
\
Membuat tata pamer berarti juga merancang level informasi yang disampaikan kepada pengunjung. Sementara saya sebut begitu, level informasi, bahwa dari suatu objek tidak semua informasi akan disampaikan pada pengunjung. Akan dipilih informasi yang tepat untuk pengunjung agar tujuan pameran tercapai dengan membatasi atau menekankan pada hal-hal tertentu.
Hal ini terlihat dari penataan Pameran Tahunan yang disebut Abhinaya Karya 2023 Museum Sonobudoyo. Pameran tersebut mengusung judul “Kamala Padma”, yang digelar di Gedung Pameran Temporer, Jalan Pangurakan, Yogyakarta. Kebetulan, pameran ini didominasi dengan objek berupa lukisan gaya Kamasan dari Bali. Lukisan ini dibuat di atas kain panjang, dengan materi naratif. Di Bali, kain ini termasuk ke dalam ider-ider, kain panjang yang dipasang di pinggir atap bangunan saat dilaksanakan suatu upacara.
Dua pengertian kunci adalah bahwa kain bergambar tersebut dipasang di bagian atas, mungkin setinggi atau lebih tinggi dari pandangan orang. Pemasangan juga dilakukan pada waktu tertentu.
Di Pameran Kamala Padma, terdapat beberapa modus penataan pameran dengan objek atau visual lukisan Kamasan. Jika diurutkan, dapat dilihat beberapa tipe sebagai berikut.
a. Detil. Informasi disajikan dengan menampilkan detil objek. Cara ini digunakan pada sub-tema “Mengintip Ken Dedes”, dengan membuat lubang untuk “mengintip” bagian dari lukisan Kamasan yang dipilih. Tidak itu saja, terdapat perbedaan ketinggian dari lubang sehingga anak-anak hanya dapat mengakses sebagian objek yang dipamerkan.
b. Keseluruhan. Penampilan keseluruhan, atau nyaris keseluruhan objek membuat informasi yang disajikan cukup banyak tetapi tidak mengarah kepada rinci tertentu. Cara ini digunakan pada beberapa objek asli lukisan Kamasan yang ditampilkan dalam vitrin. Objek ditampilkan secara keseluruhan meski karena panjang, sebagian kain digulung dan ditampakkan bagian yang relevan dengan tema pameran.
c. Menghindar. Beberapa objek tidak disajikan untuk dapat dilihat dengan cermat. Sebagai contoh adalah penggunaan lukisan Kamasan (reproduksi) yang diserupakan damar kurung atau lampion yang digantung. Teknik ini terinspirasi dan digunakan untuk menggambarkan penggunaan kain panjang ini sebagai pengider-ider. Karena objek digantung cukup tinggi, maka detil akan hilang. Pengunjung tidak dapat melihat dengan jelas lukisan naratif yang ada. Kain batik yang dipajang secara vertikal di atas kepala pengunjung juga menyiratkan bahwa pengunjung tidak diminta melihat dengan rinci.
d. Bukan informasi. Di bagian depan pameran, yaitu di teras bangunan yang juga digunakan untuk penerimaan pengunjung, terdapat panil besar berisi judul dan narasi pameran. Di papan tersebut juga dicantumkan gambar lukisan Kamasan sebagai unsur grafis. Lukisan yang ditampilkan diambil pada bagian yang secara visual cukup menarik meski juga terkait dengan tema, yaitu adegan pembakaran Sinta. Selain pada panil, pada bagian depan bangunan juga terdapat beberapa reproduksi lukisan Kamasan yang memberikan informasi bukan tentang lukisan Kamasan melainkan tentang adanya pameran.
e. Highlighting keseluruhan. Salah satu bagian dari pameran menyodorkan kepada pengunjung tentang pentingnya seluruh bagian objek, bahkan keseluruhan objek. Teknik ini digunakan pada dua lukisan dari Citra Smita. Dibandingkan dengan lukisan Kamasan lain dalam pameran ini yang berbentuk ider-ider, lukisan Citra Smita ini relatif kecil. Dua lukisan diletakkan di dalam sangkar parabolik untuk menyatakan bahwa kedua objek tersebut adalah lukisan yang berbeda dari lukisan Kamasan yang lain dalam pameran ini.