Dari Kotabaru ke Kota Lama
\
Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta menyelenggarakan pameran di satu kafe di Kota Lama, Semarang dengan judul “Rasam Riwayat Kota”. Pameran tentang Kotabaru tersebut diselenggarakan terkait dengan kegiatan Rapat Kerja Nasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia Kesepuluh yang diselenggarakan di Semarang, Agustus 2023.
Pemilihan Kotabaru sebagai fokus pameran tersebut tentu kesengajaan yang ditimbang dengan cermat. Bagi saya, penyandingan “baru” dan “lama” dalam dua wilayah yang kemudian terhubung dengan pameran ini cukup menarik.1
Mengapa kota baru dan kota lama dapat terhubung?
Dua wilayah tersebut pernah memiliki sejarah yang sama di masa lalu. Kota Lama di Semarang adalah pusat perdagangan pada masa Kolonial dahulu. Berbagai kantor dagang berada di kawasan ini, yang sebagian memperdagangkan berbagai komoditas yang diangkut dari berbagai tempat. Stasiun kereta api Semarang (Tawang) yang terletak di utara kawasan menjadi fasilitas untuk mengangkut komoditas tersebut dari pedalaman, yang kemudian dibawa ke pelabuhan di sisi utara lagi.
Di pedalaman, terdapat pengusaha-pengusaha perkebunan yang menghasilkan komoditas itu. Mereka menjadi orang kaya yang memiliki kompleks tempat tinggal tersendiri. Itulah Kotabaru di Yogyakarta. Komoditas dari sekitar Yogyakarta diangkut dengan kereta api, yang sejak tahun 1905 telah dapat berjalan dari Yogyakarta ke Semarang melalui Magelang dan Ambarawa.
***
Jika Kotabaru dan Kota Lama telah terhubung di masa lalu sebagai “jalur ekonomi”, maka hubungan baru yang sekarang dapat diciptakan berdasar hubungan sejarah di masa lalu dalam konteks pascakolonial. Pemanfaatan untuk keperluan sekarang yang tidak sekedar meromantisasi masa lalu, juga untuk menyembuhkan luka-luka jika ada, dapat dikembangkan berdasar kenyataan sejarah tersebut.
Pendekatan hubungan baru tersebut juga masih dapat dalam konteks “jalur ekonomi”. Wisata, sebagai salah satu wujud ekonomi yang sekarang terlihat signifikan, dapat dikembangkan di antara kedua simpul ini. Jelajah dari bekas pemukiman para pengusaha di Kotabaru, bekas jalur kereta api yang menghubungkan Yogyakarta dan Semarang dengan segenap sarana-dan prasarananya, serta perkebunan-perkebunan yang sebagian masih menyisakan bekas-bekasnya.
Jangan lupa pula “saudara kembar” Kotabaru, yaitu Candi Baru di Semarang. Kota taman ini juga dibangun untuk memfasilitasi pemukim Eropa pada masa Kolonial yang umumnya pengusaha terkait dengan eksploitasi wilayah seperti perkebunan.
***
Banyak cara untuk melekatkan kembali tinggalan-tinggalan dari masa lampau kepada kehidupan masa kini. Hubungan di masa lalu dapat menjadi alasan untuk menciptakan hubungan-hubungan baru di masa kini, baik melalui pariwisata atau program-program seperti sister city. Potensi akan dapat tergali, pelestarian juga akan dapat dijalankan.
Catatan Kaki
- Salah satu buku kumpulan artikel sejarah perkotaan di Indonesia berjudul mirip: “Kota Lama Kota Baru: Sejarah Kota-Kota di Indonesia”. [↩]