Jalan di Kotabaru
\
Kotabaru, Yogyakarta, adalah kawasan kolonial yang dibangun tahun 1920-an. Jalan-jalan di kawasan ini dapat dibagi menjadi jalan utama dan jalan yang lebih kecil. Jalan-jalan utama mengarah ke lapangan di tengah Kotabaru, yaitu yang sekarang bernama Stadion Kridosono. Dari peta lama “Jogjakarta en Omstreken” (Yogyakarta dan Sekitarnya) tahun 1925, terlihat bahwa jalan-jalan utama tersebut diberi nama terkait dengan kekuasaan yaitu Mataramboulevard, Sultansboulevard, Kroonprinslaan, Boulevard-Jonquiere, juga Danoeredjolaan.
Mataram adalah nama kerajaan terdahulu, terkadang juga sebutan untuk Yogyakarta pada masa Kolonial; sultan adalah sebutan untuk raja yang berkuasa di Yogyakarta, kroonprins adalah putra mahkota dalam bahasa Belanda, sementara P.W. Jonquiere adalah nama residen Hindia-Belanda di Yogyakarta saat Kotabaru dibangun. Danoeredjo adalah nama yang digunakan oleh patih-patih Yogyakarta.
Terdapat sebutan boulevard, laan, serta weg. Dari kamus, boulevard, bulevar, atau adimarga, adalah jalan yang di tengahnya terdapat taman. Namun, tidak semua bulevar yang disebut di peta lama tersebut sekarang ada tamannya (yaitu Jonquiere Boulevard yang sekarang adalah Jalan Abubakar Ali), juga tidak semua jalan yang sekarang memiliki taman dahulu disebut boulevard (yaitu Kroonprinslaan yang sekarang adalah Jalan F.M. Noto, Danoeredjolaan yang sekarang adalah Jalan Ngadikan, dan Jalan Merbabu1 yang dahulu bernama Telamajalaan). Jalan I Dewa Nyoman Oka dahulu disebut Boulevard (saja), pada penggal selatan memiliki taman dan pada bagian utara tanpa taman di tengah.
Terdapat kecenderungan sisi barat menggunakan istilah “-laan”, sementara sisi timur menggunakan “-weg”. Di sisi barat memang ada Tjodeweg, karena jalan yang sekarang bernama Ahmad Jazuli ini berada di tepi Sungai Code. Nama jalan yang diambil dari nama sungai menggunakan istilah -weg, dan gunung dengan -laan.
Mungkin ada kategori keempat, yaitu Karreweg yang secara harafiah dapat berarti “jalan gerobak”. Sekarang jalan ini bernama Jalan Krasak. Jalan ini digambar dengan ukuran kecil pada peta lama.
Pada kawasan sisi barat Kotabaru jalan-jalan diberi nama-nama gunung sementara pada sisi timur dan selatan menggunakan nama sungai. Penamaan jalan dengan nama geografis seperti gunung, pulau, atau sungai umum dilakukan pada kota taman di Indonesia. Tahun 1958, umumnya nama jalan di Kotabaru diganti dengan nama tokoh yang gugur pada Pertempuran Kotabaru.
Nama pengecualian adalah Jalan Yos Sudarso yang melingkari Lapangan Kridosono dan Jalan Pattimura. Jalan Yos Sudarso dahulu bernama Sport Boulevard di sisi utara dan Sport Laan di sisi selatan. Pada sisi utara memang masih terdapat taman di tengah, yang menjadi ciri bulevar atau adimarga. [z]
- Pada peta 1925, yang disebut Jalan Merbabu, atau Merbaboelaan, berada di tempat yang sekarang disebut Jalan Pattimura [↩]