Kebakaran, Lalu?
\
Musibah kebakaran Museum Nasional menyisakan gundah yang cukup tebal di hati saya.
Pertama, tentunya karena ancaman terhadap keselamatan koleksi di museum kita masih tinggi. Di tempat yang mestinya pengelolaannya terbaik pun, Museum Nasional, ancaman itu nyata adanya.
Kedua adalah terkait repatriasi. Baru saja terjadi “eforia” repatriasi hampir lima ratus objek penting dari Belanda, di tengah pesimisme akan kondisi museum kita yang dinilai tidak akan mampu menyimpan objek-objek penting. Sebagian alasan penolakan repatriasi adalah karena adanya ketidakpercayaan atas museum-museum kita. Sudah banyak kejadian yang mengisyaratkan bahwa museum kita tidak aman untuk barang penting.
Saya khawatir jika kebakaran minggu lalu kemudian menjadi pembenar untuk tidak melakukan repatriasi. Dalam menjawab pertanyaan saat gelar wicara di TVRI beberapa minggu yang lalu terkait dengan repatriasi yang baru terjadi, saya menyatakan optimistis bahwa kita mampu mengelola objek-objek itu dengan baik. Beberapa universitas dengan Prodi Arkeologi memberikan kuliah konservasi pada kurikulumnya, bahkan di Prodi Arkeologi UGM terdapat mata kuliah terkait perawatan objek museum, yaitu “Dasar Konservasi dan Restorasi”mengingat kegiatan perawatan ini sangat diperlukan di lebih dari empat ratus museum kita.
- Baca juga: Repatriasi 472 Objek
Kejadian-kejadian semacam ini semoga menjadi ‘terapi kejut’ yang akan membuat museum kita lebih baik, tentu jika kita semua, pemangku kepentingan museum, dapat mengambil dari berbagai kejadian tersebut. Museum kemudian akan ditingkatkan keamanannya, baik terhadap pencurian maupun bencana. Kebijakan dan Prosedur Operasional Standar terkait dengan pengelolaan koleksi diperbaiki dan diadopsi museum untuk diterapkan. SDM ditingkatkan kapasitasnya termasuk etosnya agar dapat mengelola museum termasuk objek di dalamnya dengan baik.
- Baca juga:
- Kebakaran di Museum Nasional
- Siaga Bencana di Museum
- Penanganan Cagar Budaya Pascagempa