Kalender dan Sistem Waktu
\
Menggenapi 75 postingan tahun 2023
Hari ini, sehari menjelang pergantian tahun, sebagian dari kita pasti sudah punya kalender. Ada yang mendapat dari kantor, diberi rekan, mendapat dari promosi suatu produk, mencetak sendiri, dan sebagainya. Saya memesan pada suatu market place, dari mantan mahasiswa saya yang membuat kalender bagus dengan hiasan gambar tangannya.
Semua bangsa, atau budaya, rasanya punya sistem kalender masing-masing, meski yang sekarang berlaku secara mendunia adalah sistem kalender Masehi, sehingga beberapa ahli menyebutnya sebagai Tarikh Umum (Common Era)1. Kalender-kalender tersebut berbeda sistemnya, berbeda pula mulanya atau “tanggal satu”-nya.
Saya pikir ada dua hal yang menyebabkan kita perlu kalender. Pertama adalah perjalanan linier kita menembus waktu, yang menyebabkan adanya sejarah. Kita kemudian menempatkan titik-titik peristiwa pada rentang waktu tersebut. Titik tersebut akan terhubung dengan depan, belakang, atau yang sejajar. Akibat dari waktu yang linier ini, maka muncullah tahun. Masing-masing penggal diberi identitas yang sebagian besar menggunakan angka. Jika kita meneruskan angka ini ke masa depan, maka kita dapat membuat perencanaan. Titik-titik di masa depan diberi target tertentu.
Yang kedua adalah karena kita menyadari adanya siklus. Benda-benda langit berputar secara siklika (cyclic), nanti akan kembali pada titik yang sama. Maka kita memiliki — pada Tarikh Umum — misalnya adalah dua belas bulan, yang nanti akan kembali lagi terulang lagi setelah bulan ke dua belas. Sistem tradisional Jawa-Bali juga memiliki pembagian dua belas ini, yang disebut wuku.
Kita juga punya minggu, yang berisi tujuh hari (saptawara). Ada pula pasaran dalam budaya Jawa, yang berisi lima hari (pancawara). Persilangan di antara perhitungan tujuh dan lima itu akan menjadi selapan, yaitu tiga puluh lima hari. Selain tujuh dan lima, juga terdapat pembagian sadwara, astawara, sangawara, dan dasawara.
Pembagian siklika itu bahkan dirinci hingga siang-malam, jam, menit, detik …
Masing-masing siklus memiliki ciri tersendiri, terkait dengan peristiwa alam, sosial, atau budaya tertentu. Karena siklus, maka fenomena tersebut akan hadir kembali. Bahkan, kita ada yang kadang menghadirkan lagi fenomena di masa lalu pada siklus tertentu, untuk “mengembalikan lagi” situasi pada masa tersebut.2 [z]
Baca juga:
Catatan Kaki