Rempah bukan Remah
\
Rempah telah mengalami sejarah yang panjang dan berkelindan dengan berbagai aspek budaya dan sosial masyarakat. Bukan saja di Indonesia, tetapi di dunia.
Hal itu terlihat pada pameran “Jalur Rempah” yang diselenggarakan oleh MCB di Museum Kebangkitan Nasional. Saya beruntung dapat mengunjungi pameran pada saat pembukaan, 9 Desember 2023. Pameran ini akan diselenggarakan hingga akhir tahun.
Dari pameran ini saya tangkap bahwa cerita rempah lekat dengan beberapa fenomena sejarah di dunia: mumi mesir yang menggunakan rerempah untuk mengawetkannya, yang sebagian terindikasi berasal dari Nusantara; juga saat terjadi pandemi di abad-abad yang lalu, dokter di Eropa berkeliling dengan topeng seperti burung yang diisi rempah pada “paruh”-nya.
Dari Indonesia, rempah diedarkan ke berbagai tempat di dunia, tentu dengan kapal. Mungkin kapal Borobudur juga digunakan untuk mengangkut komoditas berharga tersebut.
Berbagai bangsa datang ke kepulauan Nusantara untuk berdagang, menimbulkan kemakmuran dan berkelimpahan harta di istana-istana. Hal ini terlihat dari berkilaunya mahkota beberapa kerajaan.
Tentu, dalam pameran ini juga disajikan beberapa jenis rempah. Pengunjung dapat mencium aroma, melihat bentuknya, serta mengetahui perannya sebagai komoditas yang diangkut dari Nusantara ke kawasan lain seperti Eropa.
Pameran ini ditutup dengan paparan tentang proses dan harapan agar Jalur Rempah menjadi warisan dunia. Tahun depan, Jalur Rempah akan didaftarkan ke Unesco sebagai warisan dunia tak benda. [z]