Masjid Sumatra, Jelajah Pustaka
\
Bagian dari tulisan tentang masjid-masjid tua di Indonesia.
Untuk wilayah Sumatera, tahun 2008 terbit buku Masjid & Makam Bersejarah di Sumatera yang lingkup bahasannya meliputi seluruh kawasan. Buku setebal 195 halaman ini diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Cakupan wilayah di Sumatra yang lebih sempit dapat ditemukan dalam tulisan Sri Sugiharta Masjid-Masjid Kuno di Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau yang terbit tahun 2005.
Sebelumnya, masjid-masjid tua di Sumatra Barat telah dicatat tahun 1888, dalam artikel berbahasa Belanda “De Masdjid’s en Inlandsche Godsdienstscholen in de Padangsche Bovenlanden” (“Masjid dan Sekolah Agama Pedalaman di Dataran Tinggi Padang”) yang diterbitkan pada Indische Gids. Kemudian, Laporan Penelitian Situs-Situs Masa Islam di Sumatra Barat dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional tahun 1989 tersebut mencatat tidak kurang dari 18 masjid tua tersebar di Sumatra Barat. Masjid di kawasan ini juga ditulis oleh Yuwono Sudibyo, “Arsitektur Tradisional Mesjid Sumatra Barat” pada Jurnal Kebudayaan tahun 1995/6.
Beberapa masjid di kawasan ini dikaji oleh Roseri Rosdy Putri, “Pengaruh Arsitektur Tradisional terhadap Masjid Raya Bingkudu” (skripsi Arkeologi FS UI, 1990), dan Nurmatias Zakaria “Masjid Raya Ganting Padang: Sebuah Kajian Perbandingan dan Akulturasi” (skripsi Arkeologi FS UI, 1995). Mulhendra juga menulis salah satu masjid di Sumatra Barat, “Arsitektur Masjid Raya Rao-Rao dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi” (skripsi Arkeologi FIB UGM, 2010). Masih di wilayah ini, Mifta Huljannah menulis “Ornamen-Ornamen pada Masjid Asasi di Sumatra Barat yang Mencerminkan Kehidupan Sehari-Hari Masyarakat Sigando” (skripsi Arkeologi FIB UGM, 2019).
Untuk wilayah Kerinci terbit laporan penelitian dari Balai Arkeologi Palembang, Laporan Penelitian Masjid-Masjid Kuna di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi tulisan Mujib dan Aryandini Novita, tahun 1999. Tulisan tentang masjid di Kerinci telah muncul beberapa tahun sebelumnya, yaitu karya Yudi Suhartono “Mesjid Keramat di Pulau Tengah, Kerinci: Sebuah Kajian Akulturasi” (skripsi Arkeologi FS UI, 1994), dan satu lagi setelahnya, yaitu tulisan M. Faizal Alamsyah “Tinjauan Arsitektur dan Ragam Hias Masjid Agung Pondok Tinggi, Kerinci” (skripsi Arkeologi FS UI, 2001).
Di abad ke-21 muncul tulisan Solihah Titin Sumanti dan Taslim Batubara tahun 2009 berjudul “Dinamika Sejarah Kesultanan Melayu di Sumatera Utara (Menelusuri Jejak Masjid Kesultanan Serdang)”, Alipuddin “Ornamen Masjid Keramat Koto Tuo Pulau Tengah Kerinci Jambi: Pertautan Teks dan Konteks” (tesis ISI Padangpanjang, 2010). Beberapa tahun kemudian, Alipuddin dan bersama Yulimarni menulis “Ornamen Masjid Keramat Lempur Kerinci” (Jurnal Ekspresi Seni 19[2], 2017).
Khusus untuk wilayah Aceh, tahun 1882, E.B. Kielstra menulis “De Mesdjid Raja te Kotta Radja,” dalam Eigen Haard, disusul J.H. Kramer tahun 1920 menulis “De Groote moskee te Kutaradja”, pada majalah Nederlandsche Niew. Pada masa yang lebih kini, Laila Abdul Djalil menulis buku Arsitektur Masjid Kuno di Aceh: Kajian terhadap Masjid-Masjid Kuno di Pesisir Aceh yang diterbitkan tahun 2012, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh menerbitkan Masjid-Masjid Kuno di Aceh (2015). Sebelumnya, yaitu tahun 2011, Sudirman dkk dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh menulis Mesjid-Mesjid Bersejarah di Aceh (Jilid 1). Salah satu masjid di kawasan Aceh juga ditulis oleh Abdullah sebagai “Mesjid Indrapuri di Aceh Besar (Tinjauan Tata Letak dan Arsitektur)” (skripsi Arkeologi FS UGM, 2000).
Sementara itu, Rangga Firmansyah menulis “Karakteristik Masjid Tradisional di Kota Palembang Studi Kasus Masjid-Masjid Tua di Kota Palembang, Sumatera Selatan” (tesis Teknik Arsitektur UGM, 2013). Masjid Agung Palembang ditulis oleh Djohan Hanafiah, “Masjid Agung Palembang, Sejarah dan Masa Depannya”, diterbitkan tahun 1988. Tentang masjid ini, Nila Ariesna Elvijanny juga menulis “Masjid Agung Palembang” (skripsi Arkeologi FS UI, 1990). Pada masa Kolonial, J.W.J. Wellan telah menulis “Bidrage tot de geschiedenis van de Masdjid Lama te Palembang” (Kontribusi terhadap sejarah Masdjid Lama di Palembang), yang dimuat dalam Cultureel Indie I (1939).
Ratih Baiduri menulis “Masjid Raya Al Ma’shun Medan (Sebuah Tinjauan Arsitektur dan Ornamental)” (skripsi Arkeologi FS UI, 1996) yang kemudian diterbitkan pada tahun 2012 dengan judul “Masjid Raya Al Ma’shun Medan: Tinjauan Arsitektur dan Ornamental”.
Di Riau, Zamahsyari Rahman menulis masjid Kerajaan Siak, “Mesjid Syahabuddin: Sebuah Kajian terhadap Seni Bangunan dan Ragam Hias” (skripsi Arkeologi FS UI, 2011).
Bibliografi untuk masjid di kawasan lain, berada pada tautan-tautan berikut.