Dari Serang, Berpapasan Nyi Ageng di Wates
\
Serang adalah ibu kota Provinsi Banten. Kota ini kurang lebih lima kilo meter di sebelah selatan kota Banten Lama yang berada agak di pinggir pantai. Kota Serang berkembang dari kota Kolonial hingga sekarang menjadi ibu kota provinsi. Infrastruktur kolonial terlihat dari berbagai bangunan lama di tengah kota, dan setidaknya jaringan jalan.
Jalan tol yang melintas di sisi utara membuat kota terhubung dengan kota-kota lain di Jawa, juga ke pelabuhan Merak di sisi barat pulau yang menjadi jalur utama kendaraan darat ke Sumatra.
***
Minggu lalu saya berombongan pulang dari kota Serang. Di Kulon Progo, tepatnya di kota Wates,kami berpapasan dengan sosok seorang wanita naik kuda. Ia adalah Nyi Ageng Serang, salah satu komandan dari pasukan Pangeran Diponegoro saat Perang Jawa.
Oh ya, sosok itu berupa patung di tengah Proliman (per-lima-an) kota Wates. Beliau digambarkan dalam imaji heroik sedang menunggang kuda. Gambaran seperti ini digunakan sebagai ikon kota dan direproduksi pada berbagai keperluan grafis.
***
Apakah Nyi Ageng Serang berasal dari Serang?
Yak, betul. Nyi Ageng Serang mendapat nama julukannya ini karena lahir di Serang. Namun, toponim tersebut tidak terletak di Banten, melainkan di dekat Purwodadi, di sebelah utara Solo, Jawa Tengah.1
Nama beliau aslinya adalah Raden Ajeng Retno Kursiah Edi. Setelah menikah, seperti umumnya orang Jawa, namanya berubah jadi Bendara Raden Ayu Kustiyah Wulaningsih Retno Edi.
***
Di Purwodadi, nama serang setidaknya digunakan untuk menamai satu batang sungai, yaitu Sungai Serang. Sungai berhulu di lereng Gunung Merbabu ini mengalir ke arah utara, ke Laut Jawa.
Kata “serang” sering digunakan sebagai toponim. Selain di Purwodadi dan di Banten, terdapat pula toponim ini di Sumedang (Kec. Cimalaka), Pemalang (Kec. Petarukan), Banjarnegara (Kec. Bawang), Purbalingga (Kec. Karangreja), Wonosobo (Kec. Kejajar), Blitar (Kec. Panggungrejo), bahkan Bekasi (Kec. Cikarang Selatan).
Di kota Yogyakarta terdapat toponim Serangan, tidak jauh di sebelah barat KM Nol, di seberang Kali Winongo. Dengan e taling (seperti pada kata sate), pasti kata “serangan” ini tidak terkait dengan peperangan, seperti Serangan Umum 1 Maret, atau serangan udara, serangan musuh, atau serangan fajar yang selalu populer setiap kesempatan pemilu atau pilkada. Beberapa pebahasan memang mengkaitkan kata serang atau serangan ini dengan penyerbuan.
Toponim Serangan di Kota Yogyakarta ini terlihat pada peta tahun 1925, yang berarti telah ada sebelum terjadi Perang Kemerdekaan atau pun Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Konon nama kampung ini juga telah ada pada tulisan P. de Kat Angelino (1930) tentang batik di Yogyakarta.
Selain di Yogyakarta, toponim “Serangan” juga terdapat di Bali, sebagai pulau di wilayah Denpasar, yang dikembangkan sebagai destinasi wisata.
***
Tidak jelas benar asal usul kata serang sebagai toponim. Beberapa toponim di sekitar Jawa Tengah, DIY, atau Jawa Timur menghubungkan toponim ini dengan nama keluarga dari Serang, baik Nyi Ageng Serang maupun Pangeran Serang yang dipercaya atau diduga pernah berada di tempat tersebut di masa lalu dalam berbagai perannya. Dugaan ini misalnya dikemukakan dalam buku Toponim Kota Yogyakarta terbitan Direktorat Sejarah tahun 2019 yang menghubungkan toponim di sekitar Jembatan Winongo tersebut dengan nama paman dari Notoprojo I, yang namanya diabadikan sebagai nama kampung Notoprajan, tidak jauh dari Serangan.
Jika benar demikian, maka kata serang pada banyak toponim adalah penggunaan sekunder dari toponim di Purwodadi yang diambil sebagai nama (julukan?) bagi Nyi Ageng Serang atau Pangeran Serang. Maka akan cukup menarik untuk mencari tahu mengapa sungai atau wilayah di kuadran timur laut Jawa Tengah itu menggunakan nama serang.
Kamus Poerwadarminta hanya mencantumkan kata serang dengan e pepet dengan arti “trajang” yang membuat makna bagi kata ini dalam konteks semacam serangan umum. Tetangga saya di Magelang pelosok menggunakan kata serang (dengan e taling) bagi kayu atau bambu yang dipasang diagonal untuk memperkuat struktur. [z]
Catatan Kaki
- Saya belum menemukan tepatnya desa Serang di Purwodadi itu, hanya ada sebatang Kali Serang yang mengalir ke arah pantai utara. [↩]