Seni di Jalan
\
Seni di jalan bisa saja berupa panggung Tujuh Belasan yang biasanya dibangun untuk merayakan ulang tahun Kemerdekaan RI, atau marching band yang menyuguhkan lagu-lagu sembari melintas. Rasanya pengertian seni yang ini tidak dapat diterjemahkan dengan street art. Secara khusus, istilah street art lebih merujuk ke gaya tertentu produk seni rupa yang dibuat di pinggir jalan, dekat dengan pengertian mural atau grafiti.
Kelihatannya memang terdapat tumpang tindih dan kerancuan mewarnai istilah-istilah ini, setidaknya dalam pemahaman saya.
Jika saya ingin mendapatkan gambar dari Internet dengan warna yang berwarni, eh warna warni, dengan gaya tertentu, maka saya akan tulis street art di kolom pencarian imaji, meski terdapat banyak gaya lain yang ikut.
Menurut satu penyaji dalam seminar yang minggu lalu saya ikuti, street art harus ada di jalan, di produksi di tempat tersebut, dan merespons masalah-masalah setempat. Jadi, sering kali seni jalan memang tidak indah atau memperindah tempat.
Jika indah, sering digunakan istilah mural. Ingat beberapa tahun yang lalu mural banyak bertebaran di kota Yogyakarta, konon kerja (sama) seniman Amerika. Berbagai bangunan, pagar, dihias, betul-betul dihias, dengan lukisan yang umumnya juga berwarna-warni menarik perhatian. Kesukaan saya waktu itu adalah mural di muka bangunan (fasad) Bekas Bioskop Permata di kawasan Pakualaman.
Sepemahaman saya selama ini, mural lebih terkait dengan teknik, yaitu membuat lukisan di dinding. “Mur”, kata guru Bahasa Prancis saya dulu, berarti “dinding”. Lukisan ini mirip dengan fresko yang berbeda teknik.
Nah, istilah grafiti sebenarnya lebih duluan melekat di benak saya karena dahulu sering muncul di bacaan saya terkait dengan corat-coret di dinding di kota. Dalam hal ini mungkin cocok dengan salah satu lagu Iwan Fals, “Coretan Dinding” dari album Belum Ada Judul, tahun 1992.
.
Coretan di dinding membuat resah
Resah hati pencoret mungkin ingin tampil
Tapi lebih resah pembaca coretannya
Sebab coretan di dinding adalah pemberontakan kucing hitam
yang terpojok di tiap tempat sampah …
Street art mungkin diterjemahkan sebagai seni jalan yang membayangkan tempatnya, lokusnya. Akan tetapi akan berbeda nuansanya jika diterjemahkan sebagai seni jalanan, yang mempertentangkan dengan seni lain, yang lebih “tinggi”, high art. Dalam konteks ini, seni jalanan terkesan sebagai buatan jelata tanpa ketinggian rasa yang diharap dari seni. [z]