Waluku di Zaman Traktor
\
Seri Perpanjangan Pengalaman #2 “Semai Semarai”.
Waluku merupakan salah satu alat penting dalam pengerjaan pertanian di Jawa. Di zaman pertanian dikerjakan dengan traktor, tidak banyak dari generasi di bawah saya, kayaknya, yang mengenal waluku. Paling kita menyaksikan waluku sebagai hiasan pada kafe yang menggunakan gaya ndeso atau rustik.
Namun, siapa sangka ternyata terdapat banyak tipe waluku. Pameran “Semai Semarai” Dinas Kebudayaan Bantul menampilkan miniatur lima waluku dari Museum Tani Jawa Indonesia. Kelimanya digunakan untuk jenis tanah yang berbeda.
Masing-masing wilayah memiliki karater tanah tersendiri. Petani kemudian, berdasar pengalaman turun-temurun, mengembangkan peralatan yang sesuai, dalam hal ini adalah waluku. Fitur atau spek pada waluku dibuat sesuai dengan kondisi lingkungan, misanya tanah berpasir, tanah lempung, atau tanah berumput.
***
Konon, dalam beberapa kasus, penggunaan waluku atau bajak ini lebih baik karena tanah dapat digali dan dibalik secara lebih dalam. Para petani yang sudah menggunakan traktor, kadang tetap mengundang para pembajak dengan waluku setiap beberapa musim sekali agar sesekali tanah digarap dengan lebih baik.
Seorang dosen Peternakan, sekitar tiga puluh tahun yang lalu, pernah menyampaikan pada suatu penataran yang saya ikuti bahwa dibanding traktor, menggunakan bajak dengan hewan alias waluku bisa lebih menguntungkan, karena tidak makan bbm, kotoran dan dagingnya juga berguna bagi petani yang memelihara.
***
Di langit juga terpampang, dalam khazanah budaya Jawa, rasi Lintang Waluku, karena bentuk konstelasinya mirip dengan bajak milik petani. Belum terdengar rasi traktor. [z]