Satu Piknik Dua Borobudur
\
Dua “museum” menarik untuk dikunjungi di kawasan Surakarta1 adalah Rumah Atsiri Indonesia dan Galeri Lokananta. Dua tujuan kunjungan ini memamerkan objek, menampilkan narasi, mendukung kegiatan edukasi dan/atau program publik. Saya mengunjungi tengah bulan Januari 2025 ini.
Rumah Atsiri Indonesia berada di kawasan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, sementara Galeri Lokananta berada di Kota Solo.
Di antara banyak hal menarik, dua objek menarik perhatian saya karena menampilkan relief Candi Borobudur. Satu di Rumah Atsiri dan satu lagi di Lokananta. Saya sebut begitu saja nama kedua objek itu, biar pendek.
Di Rumah Atsiri terdapat relief yang mungkin ukuran sebenarnya, replika dari salah satu panil pada bagian Karmawibangga dari candi di Magelang tersebut. Dari teks pada panil di samping relief tersebut diketahui bahwa cerita pada relief tersebut adalah seorang laki-laki yang mendapat pengobatan dengan mengusap perutnya, dan di bagian bawah terdapat orang yang menyiapkan ramuan dengan pipisan.
Mungkin ramuan obat yang dibuat mengandung minyak atsiri.
Di Lokananta, salah satu kover piringan hitam yang dipamerkan memuat potongan gambar relief yang dapat dikenali sebagai berasal dari Borobudur, meski tidak disebutkan. Judul dari piringan hitam tersebut adalah “Djanger Bali”. Piringan hitam ini berada pada vitrin di tengah ruang yang menarasikan musik Indonesia tahun 60-an.
Dua tampilan tersebut, yaitu replika relief di Rumah Atsiri dan gambar relief pada sampul PH di Lokananta, berperan dua: pertama adalah membawa kita ke masa silam, yang kedua adalah menarik masa silam ke masa kini.
Di Rumah Atsiri, relief memberi tautan ke budaya yang berkembang, memberi landasan bahwa pengembangan atsiri merupakan produk ‘asli’ yang telah lama dibuat di Indonesia. Pada bagian lain dari pameran di objek ini ditampilkan penggunaan atsiri pada berbagai budaya, seperti Cina, India, Arab, dan Mesir.
Sementara itu, di Lokananta, posisinya sedikit berbeda. Tampilan relief ada di objek yang dipamerkan, tidak mengeksplorasi langsung relief tersebut. Gambar relief candi Jawa pada PH musik jazz yang mengambil judul dari khazanah budaya Bali digunakan untuk memperkuat kesan bahwa terdapat unsur lokal pada genre musik Barat yang telah mendunia tersebut. Indonesia (Bali dan Jawa) menjadi warna dari unsur budaya tersebut.
Dua hal ini seperti ikatan yang menambatkan unsur universal tersebut dengan unsur-unsur Indonesia. [z]
Catatan Kaki
- atau eks Karesidenan Surakarta [↩]