Empon-Empon dan Toponim

\
Mudah dimengerti jika pohon-pohon besar menjadi bahan untuk menamai tempat, atau toponim. Barangkali di masa lalu pohon tersebut mendominasi secara visual dengan sosoknya yang besar sehingga dapat menjadi markah atau penanda tempat.
Namun terdapat pula tanaman-tanaman perdu dan bahkan empon-empon, rerimpangan yang menjadi bahan untuk memberi nama tempat.
Dusun Temulawak di Kelurahan Triharjo, Kapanewon/Kabupaten Sleman. Menarik bahwa tanaman Temulawak (Curcuma zanthorrhiza) ini disebut wikipedia sebagai berasal dari Jawa. “… adalah tumbuhan obat yang tergolong dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae).[2] Tanaman ini berasal dari Pulau Jawa dan tersebar di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Tiongkok, India, Jepang, Korea, serta beberapa negara di Eropa. Tidak hanya tumbuh pada daerah Jawa saja, rempah ini juga tumbuh pada dataran di Pulau Maluku dan Kalimantan.”
Temuireng, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Tumbuhan dengan nama latin Curcuma aeruginosa Roxb. ini menjadi bahan untuk jejamuan. Toponim ini juga terdapat di Kab. Klaten (Kec. Jatinom), dan Kab. Mojokerto (Kec. Dawarblandong).
Plaosan, Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten dan di Kota Purworejo. Toponim ini berasal dari kata “laos”, atau lengkuas (Alpinia galanga) yang sering digunakan dalam membuat sayur atau lauk di setidaknya di Jawa. Toponim Plaosan juga terdapat di Magetan (Kec. Plaosan), Malang (Kec. Blimbing, Kec. Wonosari), Probolinggo (Kec. Krucil), Kediri (Kec. Wates), Pati (Kec. Cluwak), Banyuwangi (Kec. Bangorejo), Sidoarjo (Kec. Wonoayu), dan Lamongan (Kec. Babat).
Di Kota Yogyakarta terdapat kampung Lempuyangan. Lempuyang, adalah tanaman rimpang, dengan nama ilmiah Zingiber zerumbet (L.) Roscoe ex Sm., sin. Z. aromaticum Valeton, sering digunakan sebagai bahan jejamuan. Daun mudanya yang belum mekar dapat dikonsumsi mentah sebagai lalap atau trancam. Nama ini juga dicantumkan dalam nama stasiun, yaitu Stasiun Lempuyangan (LPN), bertipe B. Ragam dari nama ini adalah Lempuyangwangi, digunakan untuk nama lembaga seperti SDN Lempuyangwangi dan RS Bethesda Lempuyangwangi, yang terletak di kawasan Lempuyangan.
Toponim Lempuyang terdapat di Kec. Tanara Kab Serang, Kec. Anjatan Kab. Indramayu, Kec. Wonosalam Kab. Demak, dan Kec. Candiroto Kab Temanggung. Sementara itu, di Cilacap terdapat desa Cilempuyang, dan di Kab. Lampung Tengah terdapat Lempuyang Bandar dan Putra Lempuyang (keduanya di Kec. Way Pangubuan).
Di Probolinggo, Kecamatan Pakuniran memiliki desa Petemon Kulon atau Patemon Kulon. Boleh jadi petemon atau patemon ini berasal dari (suku) kata temu, seperti yang ada pada temu ireng dan temu lawak.
Di kawasan Dieng, Wonosobo, terdapat Bukit Sikunir di Kecamatan Kejajar. Boleh jadi toponim ini berasal dari kata kunir, atau kunyit (Curcuma longa L.), tumbuhan rimpang dengan warna kuning tersebut. Desa Kunir terdapat di Purworejo (Kec. Butuh), Demak (Kec. Dempet), Jepara (Kec. Keling), Rembang (Kec. Sulang), dan Blitar (Kec. Wonodadi). Kuniran terdapat di Pati (Kec. Batangan), Bojonegoro (Kec. Purwosari), dan Ngawi (Kec. Sine). Pakuniran terdapat di Bondowoso (Kec. Maesan) dan Probolinggo (Kec. Pakuniran). Desa Kunir Lor dan Kunir Kidul terdapat di Lumajang (Kec. Kunir).
Terkait dengan air, terdapat Cikunir di Tasikmalaya (Kec. Singaparna), dan Way Kunir (Kec. Pagelaran Utara, Kab. Pringsewu, Lampung). Ci atau cai dalam bahasa Sunda dihubungkan dengan air atau sungai, sementara way dalam bahasa lampung juga berarti air atau sungai. Dua kata ini sering digunakan untuk toponim wilayah yang berada di dekat perairan atau bahkan sungai itu sendiri.
Ragam lain adalah Tegalkunir Lor dan Tegalkunir Kidul (Tangerang Kec. Mauk) dan Kunirejo Wetan dan Kunirejo Kulon (Kec. Butuh Kab. Purworejo). Tegalkunir dapat berarti tanah tegal (ladang) dengan tanaman kunir atau kunyit, sementara Kunirejo dapat berarti tanah dengan kunyit yang ramai atau makmur.
Tanaman-tanaman kecil seperti empon-empon, juga tanaman perdu, menjadi toponim mungkin karena jumlah cukup banyak di tempat tersebut sehingga juga menjadi penanda, markah, atau landmark. [z]